Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Perlunya Keseimbangan Perilaku Etis dan Pemahaman Teologis, di Jalan Lain ke Terra Incognita

12 April 2020   19:28 Diperbarui: 13 April 2020   04:32 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Map of North America from 1566 showing Italian inscriptions, both Terra In Cognita and Mare In Cognito (Sumber: faszination-kanada.com/)

Kalau begitu akankah masa depan tidak tepat lagi dikatakan sebagai suatu bentang kawasan yang belum terpetakan? Akankah algoritma mampu melakukan perhitungan yang akurat tentang apa yang akan terjadi di masa depan? Nyatanya tidak.

Seperti dikatakan oleh Skipper, perkembangan zaman dan perubahan lingkungan, nyata-nyata telah membawa manusia ke terra incognita dalam artian perubahan sosial. 

Kalau pada masa lalu manusia disebut sebagai makhluk sosial, atau homo homini sosius, karena manusia memang dipandang tidak bisa tidak bersosialisasi. Pada masa kini justru ada perkumpulan sosial manusia anti sosial, atau "anti social-social club".

Ini adalah sebuah "gaya sosial" yang berkembang di kalangan remaja atau anak muda saat ini. Awalnya digagas oleh seorang pria berkebangsaan Korea yang tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat, bernama Neek Lurk. 

Dia menganggap kalau dia adalah seorang yang berbeda dengan orang-orang di sekitarnya dan merasa orang-orang di sekitarnya tidak bisa menyukainya.

Apakah orang yang berpandangan seperti ini adalah sebuah bentuk kejahatan atau dosa? Mengapakah Sang Pencipta membiarkan ada pandangan yang berbeda dan berisiko mengganggu sesuatu yang sudah mapan, hingga lahir bentuk-bentuk perubahan sosial yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya?

Ada sebuah catatan dari paskah dua tahun yang lalu, pada 2018. Sebuah ayat Alkitab dari kitab Mikha 7 : 1-7. Mikha meratapi kebobrokan dalam masyarakat di mana dia hidup. 

Kekerasan, ketidakjujuran, dan kebejatan merajalela di kota itu. Sedikit sekali orang yang sungguh-sungguh saleh, dan kasih keluarga nyaris tidak ada lagi. Jikalau kita sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan dan jalan-jalan-Nya, maka kita juga akan meratapi kejahatan yang demikian menyolok di sekitar kita.

Dari sana dinyatakan tentang kejahatan. Benarkah bahwa kejahatan bukan penyebab dosa, melainkan kejatuhan ke dalam dosalah yang membuat manusia melakukan kejahatan?

Lalu bila ternyata matematika, ilmu komputer dan algoritma tidak mampu memperhitungkan secara tepat perubahan-perubahan yang mungkin saja terjadi dalam bentuk-bentuk hubungan sosial manusia pada bentangan kawasan masa depan, terutama dalam kaitannya dengan dosa dan kejahatan, apa yang penting dan perlu untuk kita persiapkan untuk kehidupan mendatang?

Perlunya Kerendahan Hati dan Pengharapan dalam Keseimbangan Perilaku Etis dan Pemahaman Teologis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun