Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Asal Salam Hangat dan Praktiknya dalam Hubungan Sosial yang Kini Makin Berjarak

2 April 2020   23:10 Diperbarui: 4 April 2020   07:57 6518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengucapkan salam kepada orang lain. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagaimana dilansir dari laman lektur.id, dijelaskan bahwa kata "hangat" memiliki berbagai arti. Hal ini karena kata hangat merupakan sebuah homonim, yakni sebuah kata yang dengan ejaan dan pelafalan yang sama, tapi memiliki arti yang berbeda-beda.

Hangat memiliki arti dalam kelas kata sifat, sehingga kata hangat dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik.

Berikut ini adalah beberapa arti kata hangat:

  • Hangat berarti agak panas, misalnya pada klausa "Masakan itu masih hangat".
  • Hangat berarti sedikit lebih daripada timbangan (bobot) yang sebenarnya, misalnya pada kalimat "Gula itu hangat timbangannya".
  • Hangat berarti gembira, misalnya pada kalimat "Kedatangan menteri pendidikan disambut hangat oleh masyarakat setempat".
  • Hangat berarti genting atau tegang, misalnya pada klausa "Suasana politik hangat kembali".
  • Hangat berarti baru saja terjadi, atau masih baru (tentang peristiwa, kabar), misalnya pada kalimat "Surat kabar itu selalu memuat berita-berita yang hangat".

Selanjutnya, dijelaskan lebih jauh bahwa kata hangat memiliki 268 sinonim atau persamaan kata, dan 19 antonim atau lawan kata. Baik dari sinonim maupun antonim kata hangat, keduanya berguna untuk menambah kosakata yang kita tahu dan memudahkan kita dalam memahami arti kata "hangat", baik melalui persamaan maupun melalui lawan katanya.

Setidaknya, patut dicermati, apakah persamaan yang lebih banyak dari pada lawan kata hangat sekali lagi menunjukkan bahwa umumnya manusia merasa senang bila ia merasa diterima dengan hangat? Siapa tahu memang seperti itu adanya.

Jauh setelah masa kejayaan kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara yang menggunakan Bahasa Sanskerta, ternyata kini kita menemukan ironi yang bahkan bisa membawa celaka, hanya melalui sebuah hal sederhana, mengucapkan "Salam Hangat" dalam sebuah jabat tangan erat.

Maka, tidakkah menarik untuk memahami makna sebuah pertistiwa teraktual sekalipun dan dampak yang diakibatkannya dengan menggali akar kata yang menjadi ungkapan ekspresi atau respons manusia atas peristiwa itu?

Sebagaimana halnya perubahan "salam hangat" yang kini selain diucapkan juga cukup ditunjukkan melalui gerakan takjim seperti emoji "person with folded hands" dengan menangkupkan kedua telapak tangan seperti berdoa, dan bukannya dengan saling berjabat tangan (shaking hands), untuk menunjukkan salam hangat atau terima kasih.

Selain emoji "person with folded hands" ini yang disebutkan berasal dari Jepang, dimana pengaruh Buddhisme juga besar.

Satu hal lagi yang menarik adalah, fakta bahwa cara menunjukkan salam hangat dan salam hormat seperti yang kita lakukan saat ini sudah jauh lebih dahulu dilakukan oleh masyarakat Nusantara, sebagaimana ditunjukkan dalam kenyataan pada zaman raja-raja, di masa-masa ketika masih banyak penutur Sanskerta di Nusantara.

Tidak harus mengucapkan salam gharm, cukup salam hangat saja, meskipun harus menyesuaikan dengan situasinya. Salam hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun