Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arti Penting Menyepi bagi Ibu Bumi

25 Maret 2020   16:15 Diperbarui: 26 Maret 2020   04:28 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rangkaian Upacara Melasti di Pantai Kuta-Bali, menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940, 14 Maret 2018 yang lalu (dokpri)

Istilah kepunahan massal keenam merupakan istilah yang digunakan beberapa ilmuwan untuk mendeksripsikan keruntuhan populasi flora dan fauna di seluruh dunia.

United Nation Convention on Biological Diversity, sebuah badan di PBB yang mengurusi keanekaragaman hayati, telah merilis rancangan proposal yang menjabarkan kerangka kerja untuk menangani masalah menurunnya populasi keanekaragaman hayati untuk menyelamatkan planet Bumi.

Proposal ini rencananya akan diresmikan pada Oktober 2020 pada pertemuan puncak keanekaragaman hayati di Kunming, Tiongkok. Entahlah, setelah masalah pandemi global Corona ini, apakah hal itu masih akan berjalan sesuai dengan rencana.

Proposal ini merujuk kepada sebuah laporan dari Worl Wide Fund for Nature (WWF) pada 2016 yang menemukan fakta bahwa populasi hewan vertebrata seperti mamalia, burung dan ikan, mengalami penurunan hampir 60% antara tahun 1970 hingga 2012. WWF adalah sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang menangangi masalah-masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan.

Laporan lainnya dari PBB pada tahun 2019 lalu mengungkapkan bahwa antara 500 ribu-1 juta spesies sedang mengalami kepunahan. Jumlah kepunahan ini "puluhan hingga ratusan kali lebih tinggi daripada rata-rata, selama 10 juta tahun terakhir".

Irnonisnya, perkiraan kepunahan massal yang keenam ini terjadi akibat aktivitas manusia, dengan skala dampak kepunahan yang lebih parah dari sebelumnya. Jadi sejalan dengan pandangan Lovelock yang memandang manusia telah berkembang menjadi sumber infeksi bagi bumi.

Mengutip kembali pendapat Stephen Hawking, seorang fisikawan dan filsuf kontemporer dari Inggris yang mengatakan bahwa "Semesta kurang berarti apa-apa jika tidak menjadi rumah bagi orang-orang yang anda cintai".

Maka menjadi tanggung jawab bersama bagi seluruh umat manusia di seluruh penjuru bumi untuk mencegah pandangan Lovelock yang menyatakan kemungkinan bahwa Bumi mungkin bertahan, tetapi tidak mencakup diri kita sebagai manusia tidak menjadi kenyataan.

Sebagai tambahan informasi, bahwa Stephen Hawking, penemu teori asal usul alam semesta Big Bang itu, meninggal dunia dalam usia 76 tahun tepat pada hari perayaan Melasti di Bali, pada tanggal 14 Maret 2018, atau 3 hari sebelum perayaan hari raya Nyepi tahun baru Saka 1940. Itu adalah dua tahun yang lalu.

Selamat menyepi, merenungkan kembali bagaimana caranya agar bumi bisa menjadi rumah bagi semua dengan cinta kasih yang melandasinya. Cinta kasih yang mengikat, menyatukan, dan menyempurnakan.

Menyepi akan membawa kita kepada perenungan untuk kembali ke titik nol, yang jauh dari keramaian. Sebuah perilaku yang sangat relevan dengan kebutuhan dan keselamatan kita bersama saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun