Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Balada Si "Abdi Parik", Pejuang Keadilan Sosial di Dunia Nyata

9 November 2019   16:05 Diperbarui: 10 November 2019   13:47 2222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Penggali Selokan | dokpri

Mereka tidak membenarkan diri, jauh dari perdebatan sia-sia, meskipun mereka barangkali bekerja bukan karena benar-benar yakin dengan pandangan mereka, tapi sekadar mencari sesuap nasi untuk anak-anak dan keluarganya.

Penggali Selokan (dokpri)
Penggali Selokan (dokpri)
Seperti realisme sosial yang selalu tampil menyajikan kenyataan di masyarakat apa adanya, tanpa prasangka, dan tanpa usaha untuk memperindahnya, mencermati pekerjaan Abdi Parik bisa menjadi sarana untuk mengkritik dan menyampaikan pesan moral. 

Kritik dan pesan atas ironi yang terjadi dari kenyataan adanya orang-orang yang mencari sesuap nasi, dari membereskan kesalahan baik sengaja atau tidak dari orang-orang lainnya yang mengotori lingkungan dengan membuang berbagai jenis sampah secara sembarangan ke saluran-saluran pembuangan limbah, seolah dengan label saluran pembuangan limbah, maka itu menjadi tempat yang legal untuk segala jenis limbah.

Abdi Parik adalah sejenis golongan para pejuang yang senantiasa berlomba cepat dengan hujan yang turun dengan lebat pada musimnya, dan orang-orang yang tetap bersemangat membuangi sampah ke selokan di depan rumahnya. 

Ketika awan hitam bergelayut di angkasa, Abdi Parik mungkin berharap agar ia bisa bekerja cepat, dan bersyukur kalau para penghuni rumah yang di hulu tidak membuang sampah ke selokan di depan rumahnya, sengaja atau tidak disengaja.

Penggali Selokan (dokpri)
Penggali Selokan (dokpri)
Selokan tersumbat sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan sebelum dibersihkan (dokpri)
Selokan tersumbat sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan sebelum dibersihkan (dokpri)
Di saat pemerintah sudah jelas kelihatan belum mampu mengelola sampah kita dengan baik pun, dan di saat petugas kebersihan kurang tanggung jawab dan motivasi kerja pun, tidak lantas membuat masyarakat malah ikut menambah penderitaannya sendiri, hanya karena kurang peduli. Mulai dari hal kecil, dari depan rumah sendiri.

Misalnya, dengan menjaga anjing dan hewan-hewan peliharaannya, karena 'mereka ini' akan ikut mengais rezeki di tong-tong sampah rumah-rumah tangga. Para pengepul rongsokan dan barang bekas, agar mengembalikan sampah yang tidak berguna dan tidak laku dijual lagi ke dalam tempatnya setelah menemukan apa yang ia cari di sana.

Kalau tidak ada tempat sampah yang tersedia, tidak lantas membuat kita seenaknya membuang sampah di mana saja, simpan sampah di rumah dan keluarkan saat petugas datang. Kalau tempat tinggal kita jarang dilayani, tidak lantas kita seenaknya membuang sampah di mana kita suka, sebisanya bawa ke tempat yang dilayani tukang sampah. 

Kalau alasan ada yang mengutip uang sampah padahal sampah tak diangkat, sederhana saja, jangan bayar kalau tak dilayani. Saling menyalahkan, maka persoalan kecilpun sulit diatasi. Saling membantu, maka persoalan berat pun bisa diatasi.

Lalu bila kita hanya mengkritik seperti makna peyoratif SJW, "Enak sekali, di mana negara?" Kenyataannya kita masih ada di negara ini, dan mereka yang kita kritik itu ternyata masih tetap seperti itu, buat apa menambah sengsara kalau bisa dikurangi dengan hanya menambah sedikit rasa peduli?.

Sebungkus kantongan plastik kresek berisi pampers bayi yang dibuang seenaknya ke dalam selokan di depan rumah sendiri, bisa memicu banjir bandang setelah berakumulasi nun jauh di suatu titik di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun