Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Kopi Harapan", Seuntai Doa di Dalam Segelas Kopi dari Siosar

27 Oktober 2019   17:58 Diperbarui: 28 Oktober 2019   12:26 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua orang ibu yang sedang beristirahat di sela kegiatan memanen kopi di Siosar (Foto: Pdt. Rocky Marchiano Tarigan)

Sejuknya Siosar (dokumentasi pribadi)
Sejuknya Siosar (dokumentasi pribadi)
Negeri di atas awan, sebutan yang cocok untuk Siosar. Kopinya yang terasa berlemak dengan varian rasa buah yang variatif, membuat kopi Siosar digemari oleh orang-orang yang pernah mencicipinya. Selain soal rasa, dalam kopi Siosar terkandung makna filosofis kehidupan tersendiri.

Pada suatu sore di sebuah warung kopi di Siosar, Pak Tarigan menyeduh segelas kopi dan disuguhkannya kepada pak Sitepu yang merupakan warga Siosar kini. "Sruppp, hah..." dia terdiam, tampak seakan sedang meresapi cita rasa kopi yang diseruputnya.

Perlahan tetesan air mata mengalir dari pelupuk matanya yang telah hangat dan basah, membasahi pipinya yang sudah keriput berkerut.

Rupanya dia mengenangkan kehidupan masa lalu di desanya sebelum direlokasi. Itu adalah masa ketika tanaman kopinya dulu pernah memberinya harapan dalam hidup, kegembiraan masa lalu. 

Pak tua ini juga merasakan kepahitan saat mereka ditekan tengkulak yang melecehkan hasil panen kopinya kala itu. "Sruppp, hah...," dia mengenangkan suara dentuman dari Gunung Sinabung kala itu. 

Dia mengingat suara teriakan, tangisan dan suara-suara ketakutan. Tetesan air matanya semakin tak terbendung, bercampur aduk dengan kenangannya membuatnya terlihat lelah.

Lalu, sambil menghela nafas, ia membelai tanaman kopi yang baru berumur 1-2 tahun, yang sudah mulai memperlihatkan keindahannya, dengan buahnya yang besar dan merah berminyak. Bagai seorang putri yang sedang bersolek sambil tersenyum memberikan sebuah harapan kepadanya.

Ya, mungkin tanaman kopinya yang dulu telah bereinkarnasi menjadi Kopi Siosar. 

Pak Sitepu tersenyum melihat kopinya, ada harapan baru untuk melanjutkan cerita hidup, masalalu telah berlalu, dan hari ini akan memberi sebuah harapan yang baik, pikirnya.

Masyarakat di kawasan itu juga terlihat bersemangat dengan keadaan mereka sekarang. Keadaan ini tidak terlepas dari sikap mental yang dibentuk dalam terjangan ancaman dan beban penderitaan masa silam akibat bencana erupsi Gunung Sinabung. 

Namun, mereka percaya bahwa di balik bencana pasti ada rencana baik dari Tuhan untuk mereka. Oleh karena itu, mereka mempunyai harapan untuk masa depan mereka, dan mereka bersyukur atas keadaan mereka saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun