Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Gambaran Realisme-Naturalistik dalam Ide Kehidupan Setelah Kematian

21 September 2019   13:42 Diperbarui: 21 September 2019   13:53 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Vision of The Valley of The Dry Bones (https://commons.m.wikimedia.org/wiki/.jpg#mw-jump-to-license)

Indikasi perasaan keterbuangan itu di masa kini, mungkin adalah metafora yang bisa kita temukan dalam berbagai bentuk. Entahkah itu di kehidupan keluarga-keluarga, di kehidupan sosial masyarakat kita, tantangan dalam keimanan umat beragama dan di kehidupan berbangsa kita. Tidakkah kita juga sering melihat gambaran "kehidupan yang gersang" seperti di lembah tulang belulang sebagaimana visi Yehezkiel dalam hubungan-hubungan kita? Lalu siapakah yang mampu memperbaikinya lagi kalau bukan Tuhan, bila Hawking sendiri tidak mampu menjelaskannya?

Optimisme memandang hidup meskipun dalam keterbatasan, sebagaimana dinyatakan Allison Jones, mungkin adalah gambaran tulang belulang kering yang sudah dibangkitkan, dibalut daging dan syaraf serta diberi nafas kehidupan yang kedua. Allison adalah seorang difabel yang merupakan atlet paralimpik Amerika Serikat yang berprestasi internasional. Katanya: "Andai aku dapat memohon agar hidupku sempurna, kemungkinan ini sangat menggiurkan, tapi aku akan merasa hampa, karena hidup tak lagi mengajariku apa pun."

Allison yang difabel tidak menyerah meskipun hidup dalam keterbatasan. Padahal pada saat yang sama, mungkin tidak kurang banyak juga manusia "normal" yang terlihat lebih memilih jalan kematian padahal masih eksis di kehidupan.

Referensi:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Model_praksis_(teologi)
https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20141022095711-199-7338/kontroversi-surga-palsu-dan-ketiadaan-tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun