Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Idealisme dan Realisme di Antara Desas-desus dan Ide-ide Besar

9 Agustus 2019   11:58 Diperbarui: 9 Agustus 2019   12:37 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.fubiz.net,


Sudah umum diketahui bahwa ada perbedaan antara manusia yang berjiwa besar dengan manusia yang berjiwa kerdil. Salah satunya adalah terkait dengan hal-hal yang menjadi topik pembicaraan kegemarannya.

Manusia yang berjiwa besar adalah manusia yang tidak memberi ruang dan waktu bagi munculnya pembicaraan yang bersifat desas-desus. Sebaliknya, manusia yang berjiwa kerdil hampir selalu menyediakan waktu untuk membahas desas-desus di setiap tempat yang dihadirinya.

Maka tidaklah mengherankan jika ide-ide besar selalu hadir dari manusia yang berjiwa besar. Sedangkan, manusia yang berjiwa kerdil merasa puas dengan menyebarkan keresahan dan kegelisahan bahkan ketakutan di antara orang-orang.
Sebagai makhluk yang dibekali dengan akal dan kehendak bebas, kedua jenis manusia ini tidak akan bisa dibatasi untuk memenuhi bumi.

Kedua jenis manusia ini beranak pinak, mereka berkembang biak. Perkembangan manusia berbeda jenis ini membuat bumi seperti kolam dengan air yang keruh dengan beragam isi, termasuk juga karenanya bumi menjadi kolam yang berlumpur.

Tanpa membuang waktu untuk membahas panjang lebar jenis manusia yang berjiwa kerdil, kita akan mencoba menyelami kolam lumpur dunia yang luas ini berfokus pada orang-orang dengan ide-ide besar. 

Orang-orang yang seperti ini, yang tidak punya waktu untuk membahas desas-desus, dengan ide-ide besarnya adalah jenis manusia yang senantiasa memberi energi positif bagi lingkungan sekitarnya.

Energi positif dari manusia yang berjiwa besar ini, memiliki daya tarik justru karena ia hidup di kolam yang berlumpur. Sekalipun hidup di kolam lumpur, tapi ia tidak tercemar. Seperti teratai dengan daun dan bunga yang memiliki lapisan minyak, lumpur tidak dapat melekat di permukaan daun dan bunganya.

Fakta tentang teratai itu adalah kiasan untuk menggambarkan manusia berjiwa besar yang tidak hidup terpisah dari lingkungannya yang kotor, keruh dan berlumpur, tapi tidak turut tercemar. Manusia seperti itu justru diperlukan untuk menghambat lajunya pencemaran.
Hidup dalam komunitas besar dengan beragam isi, sekalipun penuh dengan berbagai pelanggaran dan pencemaran, dalam makna kiasan, tidak sepatutnya membuat manusia hidup dalam keterpisahan.

Manusia yang berjiwa besar dan yang berjiwa kerdil hidup bersama dan berdampingan di atas bumi yang sama dan di bawah langit yang sama pula. Yang perlu menjadi perhatian dalam hal ini adalah bagaimana supaya manusia yang berjiwa besar mampu mewarnai lingkungannya, sehingga semakin sedikit jiwa-jiwa yang kerdil. 

Dengan begitu mungkin desas-desus akan semakin tidak mendapat tempat, sekaligus pada saat yang sama ide-ide besarlah yang mendapat porsi lebih besar untuk dibahas.

Lalu kapankah sebenarnya ide-ide besar itu muncul?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun