Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Kemiskinan seperti Kecoak yang Kini Nyaris Mustahil untuk Dibunuh

31 Juli 2019   17:09 Diperbarui: 6 Agustus 2019   18:33 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kecoak (Sumber: cockroach) | sains.kompas.com

Tidak jelas apa yang menyebabkan, sehingga Samsa tiba-tiba berubah menjadi kecoak pada suatu pagi. Ia tidak pernah dijelaskan sebagai anak yang nakal. Dulu ia adalah seorang perwira dengan pangkat letnan dan beralih menjadi penjaja keliling. Ia rajin bekerja dan lurus orangnya, tapi tiba-tiba saja berubah menjadi kecoak.

Demikian juga halnya dengan kemiskinan yang sering terlihat menjijikkan seperti kecoak. Padahal tidak selalu kemiskinan terjadi karena alasan yang jelas. Ada yang seperti diwariskan dan menurun begitu saja, di samping memang ada yang jelas terjadi karena disengaja.

Ada manusia yang dengan sengaja memiskinkan orang lain ataupun manusia yang dengan sengaja mau menjadi miskin. Entah, apakah alasan dan penyebab seperti yang terakhir ini, sengaja menjadi miskin, adalah sebab yang eksis dan masuk akal.

Namun, terkadang orang-orang memang menemukan diri mereka keheranan saat terbangun di suatu pagi dan tanpa diketahuinya sebabnya ia telah menjadi miskin. Menjadi seekor kecoak yang miskin, yang dari padanya orang-orang menghindar, bahkan berusaha membasminya. Itu pesan simbolik dengan makna konotasi terkait kecoak.

Berikutnya, adalah kecoak dalam makna yang sebenarnya, yang hidup dalam realitas sebaliknya. Dilansir dari Kompas.com, edisi 03/07/2019, tersaji sebuah artikel yang diberi judul "Keseringan Dibasmi, Kecoak Berevolusi Jadi Mustahil untuk Dibunuh." Tentu saja ini adalah sebuah kabar yang mengkhawatirkan.

Para peneliti di Amerika Serikat menemukan bahwa kecoak sedang berevolusi dan populasinya berkembang dengan cepat untuk menjadi "nyaris mustahil" dibunuh menggunakan bahan kimia.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports, dimana para peneliti dari Purdue University menemukan bahwa ketika kecoak tidak mati meskipun telah disemprot dengan insektisida, mereka sesungguhnya telah membangun sistem kekebalan terhadap bahan tersebut dan menurunkannya ke anak-anaknya. 

Imunitas ini juga berlaku terhadap bahan insektisida lain yang satu kelompok, meskipun kecoak tidak pernah mendapat paparannya. Fenomena ini disebut oleh para peneliti sebagai "resistensi-silang." Inilah sebabnya kecoak zaman sekarang begitu sulit untuk dibasmi dari rumah.

"Kita tidak punya bayangan hal seperti ini bisa terjadi dengan begitu cepat. Kita bisa melihat resistensi meningkat empat sampai enam kali hanya dalam satu generasi," ujar Michael Scharf, profesor entomologi yang terlibat dalam studi, seperti dilansir dari The Independent, Selasa (02/07/2019). Bahkan jika diteruskan, akan ada suatu saat di mana mengontrol populasi kecoak hanya dengan bahan kimia menjadi mustahil.

Apakah akan tiba suatu saat, di mana kemiskinan akan menjadi seperti kecoak dalam arti sebenarnya yang kini jadi nyaris mustahil untuk dibunuh? Sementara, Samsa dalam metamorfosis menjadi seekor kecoak akhirnya memang mati, saat Grete adiknya, satu-satunya anggota keluarga yang dari awal tampak paling mendukungnya, akhirnya tiba pada saat di mana ia sendiri yang mengusulkan kepada ayah dan ibunya untuk mengenyahkannya.

Samsa mati dalam kehampaan karena berhenti berharap. Ia mati tidak secara langsung disebabkan karena ia adalah kecoak. Inipun adalah sebuah kenyataan surealis, sebagaimana hidup yang penuh dengan ironi, karena ternyata kecoak pun memiliki harapan bila diberikan kesempatan dalam diri Samsa. Sebaliknya, kenyataan menunjukkan bahwa kecoak yang sebenarnya ternyata kebal terhadap racun mematikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun