Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dunia Perbukuan dan Perpustakaan, Bagai Oase yang Dirindukan tapi Kurang Dihiraukan

22 Juli 2019   01:33 Diperbarui: 22 Juli 2019   08:57 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo pada Gedung Nasional di Kabanjahe (dokpri)

Hampir 25 tahun, sejak pertama kali aku mengunjungi perpustakaan ini saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabanjahe pada tahun 1995.

Adalah Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo, yang beralamat di Jalan Pahlawan Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo. Bangunan dengan ciri khas ornamen rumah tradisional Karo pada atapnya ini lebih dikenal warga setempat dengan sebutan Gedung Nasional.

Sehubungan dengan sebutan ini, melihat bangungan perpustakaan kebanggaan kota Kabanjahe yang juga adalah Gedung Nasional Kabupaten Karo ini, aku jadi teringat dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta.

Bukan karena kesamaan dalam kemegahan bangunannya, atau terkait kata "nasional" yang sama-sama melekat dalam penamaan institusi atau bangunannya, tapi soal fakta terkait rendahnya budaya membaca dan kecintaan akan dunia perbukuan yang masih menjadi salah satu masalah nasional di Indonesia.

Bila dibaca sejarah pendiriannya, bahwa pada tanggal 17 Mei 1980, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu, bernama Daoed Joesoef adalah yang mencanangkan pendirian Perpustakaan Nasional. Selanjutnya, gedung perpustakaan nasional itu dipercantik hingga seperti sekarang ini, yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 14 September 2017 yang lalu.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah perpustakaan nasional tertinggi di dunia, yakni lebih kurang 126,3 meter dengan 27 lantai. Jadilah hari pencanangan berdirinya perpustakaan nasional pada tanggal 17 Mei itu diperingati sebagai hari buku nasional atau hari literasi.

Perpustakaan Nasional RI di Jakarta (wikipedia)
Perpustakaan Nasional RI di Jakarta (wikipedia)
Namun, ironisnya dengan prestise gedung perpustakaan nasional tertinggi di dunia itu, ternyata tingkat minat baca warga Indonesia paling rendah ke-2 di dunia setelah Bostwana, yakni peringkat 60 dari 61 negara, sesuai hasil studi "World's Most Literate Nations Ranked" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 9 Maret 2016, dimana hanya 1 dari antara 1.000 orang Indonesia yang benar-benar punya minat untuk membaca.

Padahal, untuk minat penggunaan facebook sesuai data dari We Are Social dan Hootsuite yang dikutip dari Harian Kompas edisi Jumat (02/02/2018), Indonesia adalah penyumbang pengguna facebook ke-4 terbesar di dunia.

Ironisnya lagi, dari segi penilaian komponen infrastuktur untuk mendukung terbentuknya minat membaca, sebenarnya peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Dalam hal penilaian berdasarkan komponen infrastruktur, Indonesia berada di urutan ke-34, di atas Jerman, Portugal, Selandia Baru dan Korea Selatan.

Hal ini sebagaimana pernah disampaikan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, pada acara final Gramedia Reading Community Competition 2016 di Perpustakaan Nasional, Salemba, Jakarta.

Kenyataan itu, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih sangat minim memanfaatkan infrastruktur. Jadi, bisa dibilang bahwa tinggi rendahnya minat membaca tidak selalu ditentukan oleh seberapa banyak dan megah perpustakaan, jumlah eksemplar dan banyak judul buku atau banyaknya mobil perpustakaan keliling.

Baca juga: Ironi tentang hobi adalah tantangan tersendiri bonus demografi

Kembali ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Karo di Kabanjahe, kini sudah banyak kemajuan terkait dengan sarana dan prasarana dan hal-hal lainnya. Perpustakaan ini sudah dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis dan komputer dengan jumlah yang cukup memadai, penataan ruang baca yang semakin nyaman, dan petugas perpustakaan yang ramah-ramah. 

Di samping itu, dari papan informasi di ruang pendaftaran dapat diketahui sejumlah daftar nama orang-orang yang memberikan sumbangan beberapa judul buku untuk menambah koleksi perpustakaan.

fasilitas komputer dengan wifi gratis bagi para pengunjung perpustakaan (dokpri)
fasilitas komputer dengan wifi gratis bagi para pengunjung perpustakaan (dokpri)
salah seorang pengunjung di ruang baca perpustakaan daerah Kab. Karo (dokpri)
salah seorang pengunjung di ruang baca perpustakaan daerah Kab. Karo (dokpri)
petugas penjaga perpustakaan Kab. Karo, Sabtu (20/07/20190 - dokpri
petugas penjaga perpustakaan Kab. Karo, Sabtu (20/07/20190 - dokpri
Namun, yang berkunjung ke perpustakaan ini tampaknya masih hampir seluruhnya murid-murid sekolah, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum (SMU). Seperti kenyataan pada hampir 25 tahun yang lalu, hanya sedikit, bahkan hampir tidak ada selain anak sekolah yang berkunjung ke tempat ini. 

Bagi yang bekerja formal dari Senin sampai dengan Jumat, sebenarnya bisa berkunjung sambil membawa anggota keluarga "berlibur" ke perpustakaan ini pada hari Sabtu, karena perpustakaan tetap dibuka sampai pukul 17.00 wib di hari itu.

Bersama anak-anak mendaftar menjadi anggota perpustakaan Kab. Karo, Senin (08/04/2019)
Bersama anak-anak mendaftar menjadi anggota perpustakaan Kab. Karo, Senin (08/04/2019)
Padahal, dengan letaknya yang ada di jantung Kota Kabanjahe dan dengan jangkauan angkutan yang cukup mudah, perpustakaan ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk mendapatkan berbagai data dan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.

Perpustakaan sebagaimana makna umum yang dipahami atasnya, bermanfaat untuk meminjamkan berbagai jenis buku untuk berbagai keperluan, yang bagi sebagian besar warga masyarakat kita rata-rata kurang mampu membelinya atau mungkin enggan membeli sekian banyak buku dengan biaya sendiri.

Bersama anak-anak membaca buku di perpustakaan daerah Kab. Karo, Sabtu (17/02/2018) - dokpri
Bersama anak-anak membaca buku di perpustakaan daerah Kab. Karo, Sabtu (17/02/2018) - dokpri
Tujuan dibangunnya perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dari segala kelas umur untuk mendapatkan kesempatan untuk dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan, tanggap terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, sosial dan politik, memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik, mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat menggunakan kemampuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia.

Serta  meningkatkan taraf kehidupan sehari-hari dan lapangan pekerjaannya, untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina saling pengertian antar bangsa, serta untuk dapat menggunakan waktu senggang dengan baik dan bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.

Banyak hal yang baik bisa muncul dalam kehidupan masyarakat bila dilaksanakan terintegrasi dengan tujuan dibangunnya perpustakaan umum. Bila pendidikan formal di sekolah-sekolah mengajarkan siswa tentang ilmu dan pengetahuan dasar, maka di perpustakaan umum, orang-orang diajak untuk semakin membuka wawasannya, lebih mampu berpikir kritis.

Dapat menjadi katalisator terhadap perubahan budaya, perubahan perilaku masyarakat, tempat strategis untuk mempromosikan segala perilaku yang meningkatkan produktivitas masyarakat, sebagai agen perubahan sosial tanpa dibatasi prasangka agama, ras, kedudukan, kesukuan, golongan, dan lain-lain.

Bagi sebagian anak yang kurang beruntung, sebenarnya belajar tidak harus di sekolah. Salah satu pilihan alternatif belajar adalah di perpustakaan umum. Mengacu pada data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2016 lebih dari 1 juta anak putus sekolah pada jenjang SD, dan tak melanjutkan ke tingkat SMP. 

Jika digabungkan antara yang tidak tamat SD hingga SMP, maka ada sekitar 4,3 juta anak yang tidak mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun. Akibatnya, sekitar 40 persen angkatan kerja Indonesia saat ini merupakan lulusan SD. Kondisi itu tentunya sangat menghambat, di saat kita diprediksi akan menerima puncak bonus demografi pada tahun 2030.

Baca Juga: Pesan moral pak tong di hari buku memandang promiskuitas dalam negeri lintasan petir

Semakin luas warga masyarakat kita pada kelompok usia produktif yang gemar membaca tentu semakin baik. Dengan menyimak dan memahami bahan-bahan bacaan, bahkan sambil berimajinasi menurut gambaran pikiran kita sendiri, itu merupakan pekerjaan berpikir dengan konsentrasi yang melatih kemampuan berabstraksi. Pada gilirannya, akan melatih otak kita bekerja secara terstruktur dan sistematis.

Perpustakaan umum sangat strategis dijadikan tempat anggota komunitas berkumpul dan mendiskusikan beragam masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui perpustakaan dan perbukuan, anggota komunitas akan semakin dimampukan mencermati berbagai masalah bersama dan kemudian bersama-sama dengan anggota komunitas yang lain berusaha mencarikan solusinya.

Perpustakaan umum juga merupakan jembatan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, karena melalui perpustakaan semua koleksi pikiran dan pengetahuan manusia, sekaligus juga persolan-persoalan dan pemecahannya yang bisa menjadi rujukan terdokumentasikan.

Dokumentasi koleksi pikiran, pengetahuan, permasalahan dalam kehidupan ras manusia yang terdokumentasi ini, merupahan bahan untuk mengkemas ulang informasi, yang selanjutnya merupakan bahan bagi para pengambil keputusan.

Narasi dalam buku-buku, banyak yang merupakan masukan dan suara hati dari masyarakat. Tidak jarang buku-buku dan narasi yang ada di dalamnya menggambarkan posisi tawar yang menentukan sebagai bahan masukan yang cukup menentukan bagi para pengambilan kebijakan publik. Maka, tidaklah salah, jika sering kita temukan masyarakat yang menilai kualitas kepemimpinan para pembuat kebijakan dari buku yang dibaca para pemimpinnya.

Maka tak salah, bila dikatakan bahwa perpustakaan umum adalah salah satu wahana untuk dapat belajar seumur hidup, tanpa batasan umur dan sekat-sekat kelas. Namun, pada kenyataannya dari semua manfaat dan tujuan yang mungkin di dapatkan dari padanya, kita tampaknya menempatkan perpustakaan daerah tidak lebih bagai oase di padang gurun, yang sangat dicari-cari untuk memuaskan dahaga, tapi sekaligus juga tidak terlalu dihiraukan begitu ia ditemukan.

Salah satu tantangan terbesar bagi dunia perbukuan dan perpustakaan saat ini justru mungkin terkait banyaknya sumber bahan bacaan. Data dan informasi untuk bahan bacaan juga tidak melulu dalam bentuk buku, apa lagi saat ini sudah banyak media penyimpanan data, baik dalam bentuk film, audio, CD, DVD, dan terutama gudang data pada internet.

Banjir informasi di internet malah berpotensi membuat data dan fakta menjadi mudah sekali terdistorsi, karena orang-orang tidak lagi perlu repot-repot membaca dan berpikir keras untuk menjadi tahu di era yang semua nyaris serba digital.

Disinilah dunia perbukuan dan perpustakaan sebagai oase orisinalitas atas hasil-hasil pemikiran menjadi tetap relevan sekalipun tetap bergelut dengan tantangan zaman. Membaca buku atau meminjam buku dari perpustakaan menjadi pilihan hobi yang berguna dalam menjaga keaslian sumber-sumber bacaan, sekaligus juga ikut menjaga agar para penulispun tetap bersemangat menulis, mengikuti perkembangan kemajuan zaman.

Siapa bilang hobi itu bawaan dan tidak bisa ditumbuhkan? Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Ayo ke perpustakaan..!

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun