Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Don't Judge a Book by It's Cover," Belajar Tata Tertib dari Gadis Tangsi

28 Juni 2019   10:02 Diperbarui: 28 Juni 2019   18:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut gusti ayu, melalui berbagai cerita menarik, anak itu akan melaksanakan tata tertib dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwanya, bukan karena terpaksa. Kalau terus-terusan kena tegur, mungkin ia akan melaksanakan tata tertib dengan sakit hati. Sakit hati dan keterpaksaan itu bisa menumpuk, hingga pada suatu hari akan meletus sebagai sebuah sikap pemberontakan dan penolakan terhadap tata tertib.

Setiap orang, yang hidup di kelas apa saja, pasti punya sisi baik dan sisi buruk dalam dirinya. Kata si mbok Teyi yang cerewet: "Setiap orang tentu memiliki pribadi bayangan, yang seringkali muncul menguasai dirinya, dan membuatnya tak menyadari perbuatannya. Pribadi bayangan demikianlah kita namai sisi buruk, iblis."

Teyi yang dari sejak lahirnya mungkin tidak pernah diajari cerita tentang Aufklarung, sebagai sebuah kosa kata dari bahasa Jerman, dengan padanan kata enlightenment dari bahasa Inggris, dan sama-sama bermakna "pencerahan atau penerangan," mampu beradaptasi untuk menunjukkan wajah emansipasi manusia dari kungkungan wibawa, purbasangka, adat dan tradisi semata-mata.

Teyi si Gadis Tangsi yang urakan, didesak oleh kerasnya kehidupan untuk bisa berpikir lebih bebas tentang masalah kehidupannya sendiri. Dari interaksinya dengan gusti ayu yang hidup dalam wibawa dan keanggunan, Teyi mendapatkan wawasan tentang hakikat dunia manusia.

Pencerahan soal tata tertib dunia manusia ini, juga mempunyai sisi realitas yang lebih memiliki kemiripan dengan romantisisme dibandingkan dengan pencerahan. Ia bisa tumbuh dalam penekanan pada perasaan, wawasan intuitif, pada esensi sejati di luar dunia penampilan. 

Sebagaimana Imanuel Kant yang mengartikan Aufklarung sebagai pembebasan manusia dari keadaan yang bersifat minoritas dan membuat dirinya mampu menggunakan pemahaman sendiri tanpa pengarahan dari luar. 

Sumber keadaan minoritas itu bukan terletak pada kekurangpahaman seorang manusia, melainkan pada kurang terarahnya serta kurang beraninya ia untuk menggunakan pemahaman tanpa bantuan dari orang lain di luar dirinya.

Dalam persepektif historisnya, Aufklarung berhubungan dengan situasi budaya dan sumbangan-sumbangan dari abad ke-18, terutama di Jerman, Prancis, Inggris dan Amerika. 

Teyi dengan proses pencerahan dalam sisi romantisismenya, mungkin tanpa disadarinya telah mewujudkan cita-cita pembaharuan dari abad Renaisans, yang dipercepat perkembangannya oleh empirisme dan skeptisisme modern serta oleh beragam penemuan ilmiah dari abad sebelum Teyi lahir dan besar, yakni sejak James Watt menemukan mesin uap pada abad ke-17. Ia yang menciptakan mesin pemintal kapas, yang juga menjadi kain untuk bahan baju Teyi yang lusuh dan dekil itu.

"Pisang, goreng pisang, goreeeng," teriak Teyi yang menjunjung nampan di atas kepalanya sambil berjalan keliling lorong tangsi, di Belawan, pada suatu masa.

Referensi:

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Aufklarung
  2. Suparto Brata, Gadis Tangsi, Jakarta: P.T. Kompas Media, 2004

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun