Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Manusia Menyakiti Bumi Menuliskan Sepucuk Surat Kepada Matahari

26 Juni 2019   18:27 Diperbarui: 28 Juni 2019   14:29 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku Kafka. (Foto Pribadi)

Lebih dari seratus halaman Surat untuk Ayah (Brief an den Vater) ditulis tangan oleh Kafka dan dititipkan kepada ibunya, Julie Lowy Kafka untuk diberikan kepada ayahnya, Hermann Kafka. Namun, hingga Kafka meninggal dalam usianya yang 41 tahun akibat tuberkulosis, kemungkinan surat itu belum sampai di tangan sang ayah.

Dalam salah satu bagian suratnya untuk ayahnya, Kafka menuliskan demikian:

"Untungnya ada perkecualian untuk hal ini, terutama saat kau diam-diam menderita, dan kasih sayang serta kebaikanmu bergabung melawan berbagai rintangan untuk menggerakkan hatiku. 

Memang itu jarang terjadi, tapi itu benar-benar luar biasa. Umpamanya, ketika aku dulu melihatmu kecapekan dan terkantuk-kantuk di toko usai makan siang pada musim panas yang menyengat, sikumu bertumpu di meja, atau pada hari-hari Minggu ketika kau bergegas mendatangi kami dengan nafas terengah-engah pada musim panas yang segar; atau sekali waktu saat Ibu sakit parah dan kau gemetar karena menangis, bertumpu pada rak buku; atau kali terakhir ketika aku sakit dan kau diam-diam mendatangiku di kamar Ottla, berdiri di ambang pintu, hanya melongok untuk melihatku yang terbaring di ranjang, dengan gerakan sambil lalu kau melambai kepadaku. Pada waktu-waktu seperti itu aku berbaring dan menangis bahagia, dan sekarang pun aku menangis lagi saat menuliskannya."

Dalam bagian lainnya, terkait dengan ibunya, walaupun surat ini ditujukan kepada ayahnya, Kafka menuliskan sebagai berikut:

"Tentu, kita harus ingat betapa menyiksa dan melelahkannya posisi ibu di dalam keluarga. Ia diperbudak di toko dan di rumah, merasakan penderitaan dua kali lipat dalam semua urusan keluarga, namun yang paling membuatnya menderita adalah saat berperan sebagai perantara antara kami dan dirimu. Kau dulu selalu penuh kasih dan pengertian kepadanya, tapi dalam hal ini, kau melindunginya tidak lebih baik ketimbang kami. 

Kami terus menyerangnya tanpa ampun, kau sendiri dari pihakmu, dan kami dari pihak kami. Bagi kami itu adalah pelampiasan, kami tidak tahu itu akan menyakitinya, kami tidak bisa mengetahuinya di luar perang yang kami kobarkan padamu, perang yang kau kobarkan pada kami, dan kami senang karena bisa menyalurkan frustasi kami kepadanya.

Hal ini tidak berkontribusi baik dalam pendidikan anak-anak sehingga kau, tentu saja, sama sekali tanpa merasa bersalah, menghukumnya alih-alih menghukum kami. Bahkan hal itu tampak membenarkan cara sebaliknya yang tidak bisa dibenarkan dalam memperlakukan dirinya. 

Betapa menderitanya ia di tangan kami karenamu dan di tanganmu karena ulah kami, belum lagi kejadian-kejadian ketika kau dalam posisi benar, karena memanjakan kami, bahkan jika sikap memanjakan ini tidak lebih dari sekadar pembalasan dendam secara diam-diam dan tanpa sadar dari pihaknya untuk melawan sistem yang kau ciptakan. Tentu saja, semua ini tak akan tertahankan bagi ibu, jika saja cintanya kepada kami, dan kebahagiaan yang ada dalam cinta itu, tidak memberinya kekuatan untuk menanggungnya."

Dalam kaitannya dengan sikap keras ayahnya kepada mereka, Kafka dan saudara-saudaranya (Kafka memiliki tiga adik perempuan; Elli, Valli dan Ottla), Kafka menuliskan seperti ini:

"Terkait pengalaman semacam itu, kau bisa menanggapi, dengan olok-olok getir, bahwa hidup kami terlalu mudah. Tetapi lelucon itu, dalam beberapa hal, sama sekali bukan lelucon. Apa yang harus kau perjuangkan, kami memperolehnya langsung dari tanganmu, tapi perjuangan untuk hidup mandiri, yang langsung kau hadapi sejak awal dan tentunya tidak bisa sepenuhnya kami hindari, sekarang harus kami perjuangkan di penghujung usia, dalam kedewasaan kami tetapi dengan kemampuan seorang bocah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun