Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lewat Kata, Menyingkap Kemarahan di Balik Senyuman

6 Mei 2019   00:31 Diperbarui: 6 Mei 2019   08:53 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kata-kata. (sumber: pixabay/Geralt)

Awalnya adalah kata, ini adalah sepenggal frasa di bagian awal buku Writing and Being (Tulisan dan Ada), yang ditulis oleh Nadine Gordimer. Ia adalah seorang penulis, dan juga pemenang nobel sastra tahun 1991.

Menurutnya, ada sebuah paradoks dalam usaha memelihara integritas sebagai seorang penulis. Kadang-kadang berisiko didakwa sebagai penghianat negara justru dalam usahanya mengeksplorasi fakta terkait adanya ketidakadilan dalam sastra kehidupan, yang terkadang menempatkannya berhadap-hadapan dengan penguasa.

Menurut Nadine, penulis melayani kemanusiaan hanya selama dia menggunakan kata. Bahkan bila melawan loyalitasnya sendiri, ia percaya akan keadaan "ada" sebagaimana itu diperlihatkan. 

sumber gambar: comparc.com
sumber gambar: comparc.com
Ia tidak berubah oleh dusta, oleh kesesatan demi tujuan rasisme, seksisme, prasangka, dominasi, pemujaan destruksi, serta kutukan dan lagu puja puji. Posisi seorang penulis dalam hubungannya dengan keadaan "ada" lebih seperti "metamir," singkatan dari metaphysical mirror.

Penulis yang melayani kemanusiaan dengan menggunakan kata-kata adalah ibarat sebuah cermin metafisik yang tidak mematuhi hukum optik, tetapi berfungsi mereproduksi imajinasi seperti yang terlihat oleh orang yang berdiri di depannya sebagai penulis. Ia menghadirkan pantulan gambaran sebuah proses imajinasi atas aktualisasi.

Ada Masalah dalam Perlindungan Kebebasan
Salah satu dari "50 gagasan besar yang perlu Anda ketahui" menurut Ben Dupre dalam buku dengan judul yang sama sebagaimana dalam tanda kutip yang ditulisnya sendiri, adalah gagasan inti tentang sesuatu yang oleh banyak sekali umat manusia yang pernah maupun masih hidup di atas muka bumi dirasa layak untuk dipertahankan sampai mati, yakni gagasan terkait "kebebasan."

Penulis yang melayani kemanusiaan dengan menggunakan kata-kata adalah ibarat sebuah cermin metafisik yang tidak mematuhi hukum optik, tetapi berfungsi mereproduksi imajinasi 

Dalam bukunya, Ben mengutip analisis terbaru yang paling berpengaruh mengenai kebebasan yang dilakukan seorang filsuf politik terkenal abad ke-20, Isaiah Berlin. Berlin menjelaskan pendapatnya tentang dua konsep kebebasan, yakni perbedaan mendasar antara kebebasan positif dan kebebasan negatif.

Kebebasan negatif pada dasarnya bersifat interpersonal, yaitu muncul sebagai sebuah hubungan antara manusia. Kebebasan sering dianggap sebagai ketiadaan pembatasan atau paksaan dari eksternal. Anda bebas selama tidak ada rintangan yang mencegah Anda melakukan apa yang Anda inginkan.

Ketika orang-orang hidup bersama di dalam masyarakat, maka kompromi diperlukan untuk mencegah kebebasan berubah menjadi lisensi. Melalui kompromi, individu-individu diizinkan bertindak dengan cara apa pun sepanjang tidak merugikan orang lain. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat menikmati kebebasan absolut tanpa mengganggu kebebasan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun