Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Makna Natal?

16 Desember 2018   16:05 Diperbarui: 16 Desember 2018   16:48 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan Natal (dokpri)

Memasuki minggu ke-III Adven, mungkin ada banyak orang Kristen yang sudah berkali-kali mengikuti ibadah perayaan natal, meskipun masih dalam masa adven. Ini bukan soal salah atau benar merayakan natal di saat masih dalam masa adven. Namun, sejauh manakah natal sudah berdampak bagi mereka yang merayakannya. Apakah makna natal?

Sebuah kisah yang dituliskan oleh Hans Christian Andersen, tentang Gadis Penjual Korek Api, adalah cerita natal yang tidak lekang di makan waktu, tetap relevan dalam memaknai natal. Cerita natal bukan berarti cerita yang ditulis khusus untuk natal.

Adalah sebuah kebiasaan di masa-masa ketika saya masih kecil, saat perayaan natal, seorang yang dituakan di antara jemaat didaulat untuk menceritakan sebuah kisah inspiratif sebagai pesan natal, di samping khotbah natal yang biasanya dibawakan oleh pendeta. 

Namun, belakangan ini saya melihat sudah jarang ada perayaan dengan menyelipkan pesan-pesan natal inspiratif. Barangkali, sejalan dengan tingkat minat membaca masyarakat kita yang masih rendah, maka kemampuan bercerita kita pun semakin rendah, seiring dengan kepergian orang-orang tua pendahulu kita, para pencerita.

Alkisah, pada suatu ketika di sebuah kota, ada seorang gadis kecil yang bekerja menjajakan korek api sebagai jualannya. Ia harus bekerja karena orang tuanya sudah tiada, neneknya pun sudah tiada.

bukabuku.com
bukabuku.com
Suatu hari, di musim salju yang dingin bulan Desember, ia berjalan keliling kota dengan kaki telanjang, menjajakan korek api nya. Hari itu salju turun dengan sangat lebatnya, sehingga orang-orang lebih memilih berdiam diri di dalam rumah. Hanya gadis korek api keluyuran di jalanan. Kakinya yang telanjang sudah kebiru-biruan karena dingginnya salju.

Sementara itu, dari balik jendela rumah-rumah tampak orang-orang yang bersukacita dalam kehangatan, lilin-lilin menyala indah, dekorasi juga sangat gemerlap, aneka makanan dan minuman tersaji di meja, masih berasap, hangat, enak sekali kelihatannya. Mereka merayakan natal.

Gadis korek api hanya mampu menatap dari luar. Keletihan dan kedinginan, ia memutuskan behenti berjalan dan duduk di dekat tangga rumah yang baru saja dilaluinya. Kehangatan suasana di dalam rumah-rumah dan aroma makanan yang tercium, membuatnya ingin merasakan sedikit kehangatan dalam dinginnya cuaca.

Tidak ada kayu untuk dibakar, tidak ada juga selimut untuk membungkus kakinya. Hanya ada korek api jualannya. Maka mulailah ia menyalakan satu batang korek api. Hari pun sudah menjelang gelap, maka nyala api dari batang korek yang disulut itu membuat suasana terang benderang, hangat.

Satu persatu batang korek api disulut oleh gadis kecil itu. Perutnya yang keroncongan membuatnya berhalusinasi ada banyak sekali makanan dan minuman enak tersaji di hadapannya. Namun, begitu nyala korek padam hilang pulalah makanan dan minuman itu.

Maka, sadarlah ia bahwa ia merindukan ibunya. Disulutnya batang korek api, nyala yang hangat membuat ia berhalusinasi ada ibunya yang tersenyum kepadanya. Ia ingin menggapai ibu, menyentuh tangannya, ingin menceritakan segala keluh kesahnya. Namun, begitu nyala korek padam, hilang pulalah ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun