Mohon tunggu...
Aven Jaman
Aven Jaman Mohon Tunggu... Administrasi - penulis

Menjadi Berarti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cermin Retak Oposisi

3 Mei 2020   08:11 Diperbarui: 3 Mei 2020   08:15 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada status FB saya di sini kemarin, singkat saya katakan bahwa semua yang kritik Jokowi bukan karena ingin rawat demokrasi dan keadilan tapi karena ingin dikasih kue. Kali ini izinkan saya memperjelas status tersebut.

Saya tulis begitu kemarin karena sejauh yang saya amati, umumnya yang mengritik rezim saat ini datangnya dari oposisi. Parahnya, kritikan-kritikan itu adalah hasil mirroring terhadap kebijakan-kebijakan rezim.

Apa itu mirroring? Ya mirip saat pacar saya Agnes Monika berkaca merias diri. Mana polesan bedak yang tak merata, disapu lagi dengan kuas riasan biar merata, mana bagian bibir yang belum semerah delima ditutul lagi pakai lipstick, mana pula alis dan bulu mata yang belum lentik diukir lagi pakai pensil alis.

Demikian pun yang dilakukan oposisi saat ini. Mereka mampunya cuma melihat celah lemah dari kebijakan yang ada. Tak ada tawaran kebijakan yang beda yang berdampak sosial jauh lebih mengakar ke kalangan rakyat.

Karena kualitas oposisi hanya selevel begituan, wajar kalau saya bilang bahwa kritikan mereka tak lebih dari rengekan minta jatah. Ibarat si bungsu yang selalu ingin diperhatiin lebih oleh emak bapak dibanding kakak-kakaknya. Artinya? Begitu dikasih kue pasti mingkem.

Dampak lain dari strategi mirroring adalah numpang tenar pada strategi populis milik rezim. Dengan protes, pujian publik kepada rezim bisa dibetot menuju ke pemrotes, rezim kehilangan pamor, energi publik habis dipakai buat kepo pemrotes.

Salahkah strategi ini? Dalam dunia politik tak ada strategi yang salah. Semua dibenarkan bahkan bila mayat dan ayat dipolitisir sekalipun. Sebab apa? Lagi-lagi kue adalah alasannya.

Namun kalau ditanya apakah strategi demikian adalah baik? Jelas tidak! Memolitisir ayat dan mayat adalah tindakan yang dari segi hukum positif yang berlaku boleh saja dinilai tak melanggar. Namun ini jahat atau tidak baik karena di sini martabat kemanusiaan dikangkangi kalau tak mau dibilang digadaikan. Padahal tujuan paling akhir dari politik seharusnya demi penegakan keluhuran martabat kemanusiaan itu sendiri.

Nah, coba prinsip-prinsip itu dikenakan buat oposisi saat ini! mari kita jawab satu-satu.

1. Adakah oposisi punya tawaran kebijakan yang sama sekali lain dari rezim namun yang dampaknya setara atau syukur-syukur lebih baik dari kebijakan rezim? Ada gak?

Sejauh amatan saya, NIHIL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun