Mohon tunggu...
Tentrem Hatinah
Tentrem Hatinah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Matematika Universitas Brawijaya

Currently studying Math, but really enthusiasm in mental health and quarter life crisis issues.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Insecure Atau Bersyukur?

21 Desember 2020   12:13 Diperbarui: 21 Desember 2020   17:16 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sosial media dapat mengganggu kesehatan mental. Sumber: https://id.pinterest.com/pin/697635798524884795 

“Tidak ada pencapaian orang lain yang bisa membuat kita insecure, juga tidak ada kemalangan orang lain yang membuat kita ‘bersyukur’.” – David Irianto

Kutipan di atas seolah menjadi pengingat yang tepat bagi para generasi muda zaman now. Beberapa tahun terakhir insecurity memang menjadi tren di kalangan anak muda. Insecurity yang dirasakan pun bermacam-macam, mulai dari insecure terhadap penampilan fisik, pencapaian atau prestasi, hingga kemampuan diri (personal skills).

Jika membicarakan insecure terhadap fisik, contoh yang banyak dijumpai adalah ketika para anak muda bermain sosial media seperti Instagram, salah satu platform media sosial yang digunakan untuk mengunggah foto atau video, namun tak sedikit dari penggunanya yang lebih memilih untuk mengosongkan feed instagramnya, mengarsipkan postingan, menghapus postingan yang menandainya, dan tidak ada sorotan story, sehingga isinya benar-benar kosong. 

Kemudian sekalinya mengunggah foto, ada bagian foto tertentu yang ditutup dengan stiker atau dicoret menggunakan tools edit foto yang menandakan bahwa mereka tidak cukup percaya diri untuk mengunggah semua bagian foto tersebut. Tanpa disadari, sebenarnya hal tersebut merupakan bibit-bibit insecurity. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari adanya standar kecantikan atau ketampanan yang selama ini tumbuh di kultur kita. 

Tren ini juga memunculkan banyak cuitan di Twitter, salah satunya yang cukup viral yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang good looking,” cuitan tersebut seolah diakui banyak pihak yang merasa ada ketimpangan pada tanggapan warganet terhadap kasus-kasus para artis. Contohnya adalah Jefri Nichol yang mendapat simpati ketika terkena kasus narkoba dan dengan kasus yang sama Roy Kiyoshi, Dhawiya, Andhika Kangen Band justru mendapat cemoohan.

Lalu, ketika berbicara tentang insecurity terhadap pencapaian dan kemampuan orang lain, sering kali hal tersebut terjadi ketika kita memasuki lingkungan baru dan bertemu orang lain yang sebaya atau lebih muda yang ternyata lebih expert dan berpengalaman dari kita. 

Sebenarnya hal tersebut tergantung pada cara kita menanggapi, ada yang menjadikan hal tersebut motivasi, tetapi juga tidak jarang yang menjadikannya insecurity. Sebenarnya sedikit banyak pasti ada rasa insecure, tetapi kembali lagi pada diri masing-masing, apakah rasa motivasi yang akan dibiarkan menguasai atau justru membiarkan insecurity yang mendominasi.

Insecurity membuat seseorang menjadi takut untuk berinteraksi dengan orang lain, padahal interaksi merupakan salah satu komponen penting dalam bermasyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merasa insecure adalah:

1. Merasa rendah diri

Ketika kita melihat orang lain, yang menurut pandangan kita seseorang tersebut memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Hal itu dapat memicu rasa minder dalam diri kita. Sehingga membuat kita merasa rendah diri di hadapan orang lain dan tidak memiliki kepercayaan diri untuk berinteraksi dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun