Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Pancasila Sakti?

1 Oktober 2020   07:46 Diperbarui: 1 Oktober 2020   10:02 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangsa kita begitu beruntung punya  Pancasila. Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang menguatkan Indonesia sebagai bangsa antara lain, yaitu persatuan, solidaritas, dan gotong-royong yang dibutuhkan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pandemi ini merupakan momentum untuk menekankan pentingnya nilai-nilai Pancasila.

Dalam kehidupan sehari-hari kita menerapkan nilai-nilai Pancasila, apalagi di saat pandemi Covid-19 ini, Pancasila harus dikuatkan implementasinya. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, mengajarkan kita untuk semakin meningkatkan iman dan takwa di tengah pendemi yang kita hadapi bersama, manusia boleh berencana Tuhan YME yang menentukan. 

Pandemi Covid-19 merupakan bagian dari ujian dalam kehidupan yang harus semakin mengingatkan kita tentang kekuatan di luar kemampuan manusia. Iman dan takwa kita harus semakin kuat di masa-masa sulit seperti ini.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, juga harus terus kita implementasikan. Sebagai warga kita harus saling tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah pendemi kita harus semakin peduli kepada sesama. Sikap saling peduli dan tolong-menolong inilah yang menjadi salah satu ciri khas budaya masyarakat Indonesia.

Di saat pandemi empati dan tanggung jawab kemanusiaan benar-benar diuji untuk membentuk satu kesadaran kita tidak hidup sendiri dan berkewajiban untuk saling membantu dan menjaga agar covid-19 tidak menyebar. Itulah makna kontekstual sila kedua Pancasila.

Sedangkan Sila ketiga, Persatuan Indonesia merupakan senjata yang harus senantiasa kita gunakan menghadapi pandemi covid-19. Kita harus bersatu, bergotong-royong, bersama-sama dari berbagai elemen bangsa mematuhi protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran covid-19.

Empati kemanusiaan haruslah melahirkan persatuan dan gotong-royong untuk menyelesaikan masalah. Kebersamaan inilah yang akan mempercepat penanganan pandemi covid-19 karena jika hanya satu elemen saja yang melakukannya maka pandemi ini akan lama berakhir. Saling membantu, berbagi dan berkolaborasi tanpa melihat ras, suku, dan agama merupakan esensi dari sila ketiga Pancasila.

Selanjutnya, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Sila keempat ini juga harus kita teguhkan implementasikan dalam melawan covid-19. Pemerintah akan berada di depan memimpin dan mengkoordinir perlawanan terhadap covid-19. Sedangkan masyarakat sebagai warga negara yang baik harus ikut mensukseskan dan mendukung berbagai keputusan pemerintah. Kolaborasi inilah yang akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi gerakan perlawanan terhadap Covid-19.

Terakhir, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia juga menjadi bagian paripurna dari Pancasila yang tidak boleh kita tinggalkan dalam menghadapi pendemi ini. Korban terdampak pandemi covid-19 ini bisa siapa saja tanpa pandang bulu, miskin, kaya, dengan latar belakan suku, agama, ras yang berbeda. Kita jangan pernah membeda-bedakan dalam membantu korban terdampak covid-19 tersebut. Pemerintah akan berusaha seadil mungkin memberikan bantuan kepada mereka semua.

Kita selayaknya bersyukur serta berterima kasih kepada Tuhan YME, Pancasila masih tegak, melindungi Indonesia, walaupun ada berbagai usaha ingin mengganti Pancasila, seperti gerakan 30 September 1965. 

Dalam peristiwa itu, Enam perwira tinggi dan satu perwira menengah TNI Angkatan Darat gugur. Mereka adalah: Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jendral Raden Soeprapto, Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jendral Siswondo Parman, Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo serta Lettu Pierre Andreas Tendean.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun