Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kearifan Lokal Mencegah Banjir

23 September 2020   10:17 Diperbarui: 23 September 2020   10:39 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Belakangan beberapa wilayah di Jawa Barat dan DKI Jakarta ditingkah hujan yang tak berkesudahan yang mengakiubatkan bencana banjir bahkan tanah lonsor. Beberapa warga ada yang mencoba bertahan di rumahnya, sebagian memilih mengungsi di tempat sudara terdekat,  sementara ada juga yang hanya pasrah menunggu Tim SAR menjemput dan menyelamatkannya. Ada juga lho yang cuma menunggu bantuan makanan dari petugas.

Angka pengungsi, jumlah warga yang hilang, tumpukan data penduduk yang hanyut atau sejumlah peti mati menyorongkan kepedihan bagi korban tak selamat akibat banjir. Selain banjir, di beberapa daerah lain juga yang etrtimpas banjir rob, seperti Kabupaten Demak dan Kendal yang berada di wilayah Pantura.

Kita tahu, banjir antara lain disebabkan oleh perubahan tata guna lahan land-use) di Daerah Aliran Sungai (DAS); pembuangan sampah; erosi dan sedimentasi; kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase; perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan tinggi, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob, maupun kerusakan bangunan pengendali banjir. Dari berbagai faktor tersebut, perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan faktor-faktor lainnya.

Sedangkan penyebab banjir rob diantaranya adalah pemanasan global yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut, pemanfaatan air tanah secara berlebihan, pembabatan hutan mangrove yang mengakibatkan tidak berfungsi-nya penghalang/barier gelombang pasang, feno-mena turunnya muka tanaha akibat perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai, serta perilaku masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan tidak terawatnya sistem drainase.

Banjir dan rob, selain menimbulkan korban jiwa juga menimbulkan rusaknya areal pertanian, rusaknya sarana prasarana dan harta benda, serta membawa bibit penyakit. 

Oleh karena itu, ini harus terus kita gagas bersama dan lakukan inovasi dalam penanganannya, sehingga bisa dikendalikan dan ditangani. Penanggulangan banjir antara lain dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan dan pemeliharaan sungai/ selokan; larangan pembuatan rumah penduduk di sepanjang sungai; dan memperkuat alat pendeteksi banjir sederhana.

Kita juga dapat mengadopsi cara-cara yang telah dilakukan Kota Semarang, misalnya: di Bagian Hilir dengan mengembangkan sistem polder serta memanen air hujan dalam bak tampungan; membatasi pengambilan air tanah; menata daerah sempadan; menertibkan sistem pembuangan sampah/limbah serta menegakkan peraturan seperti Perda RTRW, Perda Sempadan, dan Perda tentang Persampahan, dll.

Sedangkan di Bagian Hulu dilakukan dengan mengatur pola pembukaan lahan/alih fungsi lahan; menata daerah sempadan serta menerapkan Fasilitas Pemanenan Air Hujan. Yang tidak kalah penting, ada sinergitas kebijakan dan program penanganan dan pengendalian banjir dan rob antara Pemerintah Pusat, Provinsi serta Kabupaten.

Jateng juga sudah dan terus memanfaatkan kearifan lokal di masing-masing daerah untuk mengurangi risiko bencana. Kita punya ilmu titen untuk mengetahui kemungkinan bencana yang akan terjadi. Early warning system seperti ini terbukti sangat membantu untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan ketika terjadi bencana.

Kearifan lokal terkait dengan bencana banjir, diantaranya bisa ditandai lewat udara yang lebih dingin dibandingkan de-ngan biasanya sebagai tanda banjir, Debit air meningkat dan berwarna keruh, Hujan deras dalam durasi yang cukup lama, Plagrangan untuk mengamankan barang rumah tangga saat banjir, dan Rumah panggung untuk menyimpan barang dan mengungsi warga serta Solidaritas sosial yang kuat antar warga masyarakat.

Implementasi riil dalam pemberdayaan potensi dan pengembangan kearifan lokal dalam pe-nanggulangan bencana dapat dilakukan dengan menyuburkan nilai-nilai gotong royong dalam pencegahan, penanggulangan, maupun rehabilitasi pasca bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun