Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandemi dan Kebangkitan Perempuan Desa

7 Agustus 2020   12:42 Diperbarui: 8 Agustus 2020   05:45 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kerajinan kain tenun Toraja Utara. (sumber: Biro Humas kemendesa.go.id)

Karena di lapangan, masih banyak terjadi upah perempuan masih jauh lebih rendah dibanding laki-laki, meskipun volume, dan waktu yang dihabiskan tak ada beda antara keduanya. Tak jarang pula, perempuan masih menjadi subordinat dalam pekerjaan-pekerjaan pembangunan level rendah atau lebih mengutamakan otot ketimbang otak.

Investasi lebih jauh adalah semakin terbitnya gairah kaum perempuan, yakni urun angan dan turun tangannya dalam pembangunan di wilayah masing-masing. 

Relasi yang dibutuhkaan saat ini adalah optimalisasi peran kelompk PKK desa setempat dalam menghela kaum perempuan marjinal ini dalam program pemberantasan sarang nyamuk malaria, penataan lingkungan dan permukiman, perbaikan rumah tidak layak huni.

Lalu, pembangunan perpipaan air dari bukit cadas melalui selang atau pipa pralon plastik yang menghunjam hingga rumah warga, mengurangi AKI dan AKABA maupun mengenal, mengantisipasi serangan kanker serviks dan yang sedang tren, yakni penyuluhan dana tau sosialisasi bahaya, dampak dan pencegahan covid-19.

Atau, bagaimana merawat kesejahteraan lewat program KB, juga mendukung program pemerintah yang lagi in, yakni pengurangan limbah plastik dengan belajar kembali ke desa. Warga desa kalau belanja membawa tas jinjing sendiri dari rumah, menyediakan minum pakai kendi atau gelas tanpa plastik air mineral, dll.

Kita ingin Undang-undang 6/2014 tentang Desa menjadi tolak ukur penting dalam mewujudkan perempuan desa yang berdaulat. 

Kedaulatan perempuan desa menjadi penting dalam pelaksanaan UU Desa sebab aparatur desa dan masyarakatnya dapat duduk bersama untuk menyusun program pembangunan desanya dengan memanfaatkan Dana Desa yang menjadi salah satu program unggulan pemerintah.

Underground

Harapan kita, perempuan desa punya tiga hal besar dalam hidupnya, yaitu berdaulat dalam politik. Salah satunya ditunjukkan lewat keterlibatanya dalam forum perencanaan RT/RW/kampung atau desa, mencoblos saat pilkada/pilpres, hadir dalam pertemuan warga, dll.

Kemudian, kemandirian dalam ekonomi. Artinya perempuan tak terjebak dalam ekonomi underground, tapi punya pekerjaan atau usaha ekonomi produktif secara permanen sehingga ketidaksementaraan pendapatan yang diperoleh tapi kepercayaan diri beroleh sumber ekonomi baru. dan, tak kalah hebatnya adalah berkepribadian dalam budaya.

Konstlelasi yang harus dibangun, perempuan perlu terus merawat nilai kearifan lokal, spirit kebangsaan serta membuat diri dan keluarganya sebagai rumah Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun