Mohon tunggu...
Bola Artikel Utama

Sepakbola Tak Lagi Soal Pemain atau Pelatih, Tetapi Big Data

11 Juli 2018   12:42 Diperbarui: 11 Juli 2018   21:05 2440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Forbes, Goal

Data referensi historis yang dibutuhkan disediakan oleh Heim:Spiel untuk kemudian diproses oleh perusahaan big data partner. Skenario-skenario berbentuk video klip yang menunjukkan para pemain lawan mengambil tendangan penalti dalam berbagai situasi juga diambil dari database video yang disediakan oleh situs pihak ketiga.

Perkembangan teknologi ini berjalan dengan baik di timnas Jerman karena kebanyakkan dari pemain yang ada di timnas saat Euro 2016 adalah bagian dari generasi milenial, yang telah akrab dengan teknologi.

Pengembangan aplikasi tentang ini telah dilakukan selama lebih dari satu decade, namun salah satu penerapan pertama analisa Big Data tersebut terjadi saat Piala Dunia 2014 di Brasil, di mana Jerman keluar menjadi pemenangnya. Asosiasi Sepakbola Jerman menggunakan aplikasi yang disebut Match Insights yang memungkinkan para pelatih untuk menyaring klip-klip pertandingan untuk melihat bagaimana pemain tampil dalam situasi tertentu dan menganalisa data pertandingan.

Aplikasi itu juga dilengkapi oleh aplikasi mobile bernama Team One App, yang memungkinkan para pemain dan pelatih untuk saling berbagi video, gambar, taktik, serta berkomunikasi secara internal.

Bahkan secara teoritis, teknologi yang dimanfaatkan dalam pengembangan aplikasi untuk asosiasi sepakbola Jerman dapat memberikan saran mengenai strategi dan taktik kepelatihan, namun hal ini tidak terlalu menarik minat dari pihak-pihak yang terlibat.

Bisa diterapkan di Indonesia

Jika bicara soal sepakbola, tentu saja bicara juga soal Indonesia. Minat masyarakat Indonesia pada olahraga ini begitu besarnya hingga ke level junior pun tidak kehilangan antusiasme dari penontonnya. 

Sayangnya, pasar dan dukungan yang begitu besar ini tidak diimbangi dengan prestasi yang gemilang. Timnas Indonesia hampir selalu keok di berbagai turnamen yang diikutinya, stigma negative yang menempel pada penonton sepakbola juga turut memperburuk kompetisi nasional yang ada di negara ini.

Namun perlu diingat bila nantinya PSSI memutuskan untuk menggabungkan teknologi big data dengan sepakbola seperti yang dilakukan Jerman, mereka tidak perlu jauh-jauh mencari piranti lunak yang dapat membantu mereka, karena di Indonesia pun sudah ada piranti analisa big data yang kompeten untuk semua industri bernama Paques.

Mengusung fitur self-service analytic, Paques bisa memudahkan semua orang dari berbagai latar belakang, termasuk atlet, untuk mengoperasikannya secara sederhana.

Mungkin masih sangat jauh bagi Indonesia untuk masuk piala dunia apalagi menerapkan teknologi yang digunakan oleh Jerman, tapi tidak ada kata terlalu lambat untuk mencoba, dan jika tiba saatnya nanti Indonesia menggabungkan teknologi dan olahraga, lebih spesifiknya sepakbola dan big data, maka Paques bisa jadi solusinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun