Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kampanye Anti Paku

12 Juli 2012   14:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:01 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mak ini ari, ada saja ide orang untuk menggelar kampanye. Ada kampanye hitam ada pula kampanye abu-abu. Kampanye pilkada itu soal biasa, sedangkan kampanye pilcaleg berlangsung sekali dalam lima tahun. Kampanye anti rokok bergema sejak dahulu kala, hingga kini tak jelas hasilnya. Kampanye kondom nyaris membuat Nafsiah Mboy terjungkal dari jabatan barunya. Ada lagi kampanye anti pornografi, anti mirasantika, anti buah impor, anti perdagangan satwa langka, anti ini, anti itu, dan lain-lain….. Dan kemarin, sekelompok pemuda pemerhati lingkungan di Pekanbaru menyuarakan kampanye dengan topik yang sama sekali baru, belum pernah terdengar sebelumnya, yaitu Kampanye Anti Paku!

Paku yang dimaksud adalah benda runcing bertudung terbuat dari besi yang diperjualbelikan di toko-toko bangunan. Biasa berpasangan dengan palu, senjata andalan para tukang. Ah, kita semua mengenalnya. Itulah paku! (bukan Tante Paku, lho!).

Para pegiat lingkungan menghendaki penggunaan paku dihentikan sekarang juga. Pabrik paku ditutup dan masyarakat menolak penggunaan paku untuk membuat rumah, perabot-perabot maupun kandang hewan. Sebagai gantinya, gunakan baut-mur saja. Dalam arti kata, hentikan penggunaan kayu dan segeralah beralih kealuminium atau rangka baja!

Mereka menyebut tiga alasan yang menjadi dasar pertimbangan:

Yang pertama, paku punya andil besar dalam pekerjaan kayu olahan. Kusen, kuda-kuda, reng, usuk, dinding papan, semua membutuhkan paku. Sedangkan kayu diperoleh dari menebang pohon. Akibatnya perambahan hutan merajalela, keanekaragaman hayati terancam, paru-paru dunia terganggu dan habitat hidup satwa langka binasa. Kalau tak ada lagi paku, para tukang akan berpikir untuk membuat meja-kursi jika terpaksa menggunakan tali pengikat untuk memperkuat kaki- kakinya. Orang-orang akan memilih plat aluminium!

Yang kedua, paku telah mengancam keselamatan anak-anak di pedesaan maupun perkotaan. Tak terhitung banyaknya anak-anak yang terinjak paku ketika bermain di pekarangan. Paku karatan besar resikonya, tetanus taruhannya. Berapa biaya yang mesti dikeluarkan untuk berobat? Itu pun jika orangtuanya mampu. Jika tidak? Anak-anak itu akan menderita dan mungkin akan cacat seumur hidupnya. Padahal, di antara terdapat calon pemimpin masa depan yang sangat kompeten. Betapa ruginya bangsa ini.

Yang ketiga, paku telah menjadi ancaman serius di jalan raya. Entah sengaja di sebarkan atau tidak, tetapi kecelakaan bisa saja terjadi jika ban kempes tiba-tiba. Masih untung jika lobangnya kecil sehingga memungkinkan ditambal ulang. Tetapi bagaimana jika pakunya besar sehingga sampai merobek ban? Itu pun masih bicara soal harta benda. Bagaimana kalau kecelakaan itu menimbulkan luka parah atau korban jiwa? Mobil yang sempoyongan bisa saja melompati parit jalan raya lalu menabrak rumah penduduk. Jika di rumah sedang ada kondangan maka korban jelas bertambah.  Parahnya lagi, puskesmas biasanya tutup pada hari libur sehingga kesulitan untuk mendapatkan pertolongan!

Dari ketiga alasan itu, marilah kita semua menimbang bahaya paku dalam kehidupan ini. Sama seperti rokok, jika tak bisa menghilangkannya setidaknya menguranginya. Jangan mau diperbudak oleh paku, apalagi menyembah-nyembah paku.

Perlakukanlah paku sebagaimana mestinya. Jika melihat paku tergelatak di jalan, buanglah ke tempat yang aman. Pak Kiyai berkata, membuang duri dari jalan adalah perbuatan yang sangat mulia. Besar pahalanya. Lebih-lebih menjelang puasa begini.

Selamat Malam, Kompasiana!

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun