Mohon tunggu...
Tendra
Tendra Mohon Tunggu... Jurnalis - Penggiat Jurnalisme di Jakarta

Akun milik Tendra di Kompasiana yang juga berkontribusi sajikan tulisan menarik pada beberapa blog, diantaranya ProDaring, semoga konten yang dibagikan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Pancasila Vs Paham Radikal

3 Juni 2018   08:24 Diperbarui: 15 November 2022   18:37 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.suaramerdeka.com

Jakarta, (Kompasiana 3/6/2018) -- Ditengah gempuran ideologi radikalis, peringatan hari lahir Pancasila, Jumat 1 Juni 2018 bertepatan malam Nuzulul Qur'an pada malam ke-17 Ramadan memiliki makna penting. Umat Islam kembali disadarkan bahwa Pancasila dan Islam bukan untuk dipertentangkan, bahwa keduanya memang tidak bertentangan, bahwa keduanya berjalan seiring.

Hal itu mengemuka dalam Pengajian Kebangsaan diselenggarakan Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jumat malam (1/6). Pada pengajian ini Bamusi mengundang majelis taklim ibu-ibu di sekitar Lenteng Agung Jakarta Selatan serta ratusan anak yatim-piatu dari sejumlah Yayasan Yatim Piatu di Jakarta.

Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan, Penceramah pada Pengajian Kebangsaan ini menjelaskan tentang Pancasila sebagai buah hasil pemikiran panjang Soekarno. Dalam pandangannya, Pancasila dirancang berdasarkan intisari dari nilai-nilai yang terkandung dalam lima kitab suci yang menjadi pedoman lima agama di Indonesia.

Ia menegaskan, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur tidak perlu lagi diperdebatkan apalagi sampai dilawan.

"Pancasila menjadi perekat bangsa Indonesia. Umat Islam seharusnya bersyukur Indonesia memiliki Pancasila. Kalau ada umat Islam yang menentang Pancasila, dia perlu belajar lagi mendalami Islam," katanya.

Faroji berharap toleransi dalam kehidupan sosial dan politik, masyarakat Indonesia yang majemuk ini menjadi harga mati yang harus dipertahankan. Menurutnya, umat Islam yang mayoritas tidak boleh memaksakan kehendak tapi wajib menjaga toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. "Allah SWT sudah mengingatkan soal toleransi dalam surat Al-Kafirun, bagiku agamaku dan bagimu agamamu," katanya.

Dalam kesempatan sama Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto yang juga Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan menegaskan mencintai bangsa dan negara merupakan bagian dari iman.

"Mencintai bangsa artinya selalu menjaga kerukunan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan negara," kata Utut.

Ia menjelaskan, Indonesia yang secara geografis sangat luas dan masyarakatnya beragam tapi menjadi satu dan kuat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena memiliki Pancasila sebagai ideologi bangsa."

"Nilai-nilai luhur Pancasila mampu merekatkan keragaman bangsa Indonesia dan sejalan dengan kehidupan beragama di Indonesia," tegasnya.

Seperti diketahui masa ini Presiden Joko Widodo sedang perang besar, bersih-bersih Indonesia dari paham radikal, termasuk bersih-bersih kampus yang terpapar radikal sejak tahun 1983 sesuai penjelasan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun