Mohon tunggu...
Sabda13
Sabda13 Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tertutup | Mahasiswa

Tulisan yang dibuat bukanlah kebenaran mutlak. Hanya berupa sudut pandang penulis yang masih belajar. Oleh karena itu sangat terbuka pada diskusi terhadap kesalahan yang dibuat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Terorisme Bunuh Diri, Strategi Politik Baru dalam Melawan Demokrasi

29 Oktober 2019   16:26 Diperbarui: 29 Oktober 2019   16:56 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kelompok pemberontak, sumber: straitstimes.com

ISIS kembali menjadi pembicaraan dunia setelah kabar tewasnya Abu Bakar al-Baghdadi dengan bom rompi. Gerakan pemberontakan ini terkenal dengan tindakan bunuh diri untuk menyerang secara sembunyi-sembunyi.

Tren bunuh diri dalam terorisme sudah lama populer. Di Perang Dunia II, banyak dari pilot Jepang sekitar 2.800 samapi 3.900 melakukan aksi kamikaze sebagai taktik perang. Tindakan ini didasari pada pengabdian negara.

Namun coraknya saat ini telah berubah, bunuh diri telah dimasuki dengan doktrin kesyahidan agama. Dan yang pertama kali melakukan adalah kelompok jihad Hizbullah dan al-Qaeda. Mereka mengaitkan bahwa setiap bunuh diri yang dilakukan untuk melawan musuh akan mendapatkan balasan di kehidupan setelah mati.

Kebanyakan terorisme bunuh diri terjadi dalam perjuangan nasionalis melawan pemerintahan setempat. Kemudian dibalut dengan motivasi agama. Awalnya terorisme dilakukan untuk meruntuhkan pemimpin yang otoriter seperti al-Qaeda dan ISIS.

Hingga perkembangan selanjutnya, mereka memandang demokrasi juga berbahaya dalam penegakan syariat Islam. Seperti ISIS yang saat ini melawan pemerintahan yang demokrasi dan kapitalis.

Mereka yang berfikir bahwa pemerintahan yang ideal adalah dalam satu kekuasaan didalam bendera Islam dan satu pemimpin. Rakyat harus tunduk pada pemimpin. Tidak ada kebebasan dalam kamus mereka. Berbeda dengan ide demokrasi yang menawarakan sebuah sistem dimana rakyat berada sebagai pengawas .

Gerakan terorisme kemudian merekrut sipil yang juga kecewa dengan pemerintahan. Rata-rata mereka berasal dari negara demokrasi namun tidak mampu menyejahterakan rakytanya. Inilah mengapa geraka ISIS mendapat pasokan pasukan dari negara asing.

Terorisme bunuh diri dianggap sebagai strategi politik yang sulit ditangkal. Karena pelakunya juga rakyat sipil yang sulit dideteksi pergerakannya.

Mereka menyerang psikologis rakyat sipil untuk menyebarkan ketakutan dan ketidakpercayaan pada pemerintahan. Contohnya yang pernah terjadi di Indonesia. Kebanyakan praktik bom bunuh diri dilakukan sebagai bentuk protes pemerintahan demokrasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Atau pejabat yang selalu korup.

sipil yang bersatu melawan teroris, sumber: abnsnews.com
sipil yang bersatu melawan teroris, sumber: abnsnews.com
Muncul Gerakan Tidak Takut Terorsime Sebagai Tantangan
Para pelaku bom bunuh diri ini berpikir dengan melakukan tindakn kontroversi, pemerintah akan takut. Atau rakyat sipil juga takut. Dengan penekanan psikologis mereka akan mengikuti kemauan dari kelompok yang melakukan bom bunuh diri.

Indonesia sudah berulang kali terjadi bom bunuh diri. Sebagai negara muslim, negara kita juga menjadi incaran terhadap penyebaran ideologi bom bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun