Mohon tunggu...
dian mardiana
dian mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Internet Marketing, Penulis dan Affiliater

Admin https://dianmardiana.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Senandung Rahasia Tempat "Wisata Tubuh" Kota Kembang

22 Februari 2015   00:01 Diperbarui: 4 April 2017   18:10 73958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14245126101225668124


Tempat Wisata Sex Di Bandung

Kota Kembang Bandung hampir menjadi kota metropilitan layaknya ibukota Jakarta. Gaya hidup styles  penduduk pribumi,kemudian  masyarakat pendatang, urban Bandung, sukses membentuk kebudayaaan baru kosmopolitan. Berbagai komunitas bergaya metroseksual, seperti gay, lesbian, homo, bahkan mereka yang sengaja datang ke bandung dengan profesi pekerja seks komersil (PSK) kian bertambah.

Masih Ingat Kontroversi di tahun 2007 ? Kasus lokalisasi Saritem sebenarnya merupakan program Walikota Bandung, Dada Rosada, yang ingin membuat kota Bandung menjadi kota agamis dan kota wisata rohani.Namun pada perkembangannya dikarenakan tidak ada upaya yang menyeluruh dan solusi yang tepat,maka keberadaan Lokalisasi itu masih tetap berjalan meskipun dengan cara sembunyi-sembunyi dan sedikit tertutup.

Hal itu dibenarkan juga oleh Walikota Bandung sekarang Ridwan Kamil,dalam sebuah kesempatan di bulan Juni 2014 yang lalu,ketika ditanya tentang tindak lanjut penganan lokalisasi dan penertiban kawasan pelacuran di kotanya,mengungkapkan akan semakin menggencarkan operasi pemberantasan serta razia terhadap bisnis esek-esek yang bernilai sangat komersial ini di kawasan yang ditenggarai sebagai Kawasan pelacuran yang ada di pemukiman maupun di jalanan bandung

Tempat Wisata Sex Saritem di Bandung sendiri, hanyalah salah satu lokalisasi yang paling senior di antara tempat-tempat mangkal para PSK di kota Bandung. Lokalisasi yang terselubung atau tempat mangkal PSK secara liar melebihi jumlah PSK yang terorganisir di Saritem. Ini dapat dilihat bagaimana pemandangan kota Bandung di malam hari yang gemerlap dan ramai sekali di segala pusat kota sampai ke pelosok daerah.

Meski Perda Kota Bandung tentang pelarangan lokalisasi pelacuran dikeluarkan, namun batas yang hanya bisa dijangkau dan diawasi hanya tempat mangkal PSK liar saja yang ditertibkan. Sebelum Perda itu muncul, kawasan Jalan Braga merupakan salah satu dari sekian banyak tempat mangkal PSK di kota Bandung. Mereka adalah para penjaja tubuh komersil yang berasal dari pinggiran kota Bandung atau dari luar kota Bandung - daerah Pantura.

Selama ini memang kawasan Jalan Braga sedang terus dibersihkan dari praktik pelacuran jalanan. Namun tantangannya adalah ada daerah lain masih tetap melakukan bisnis "daging hidup" itu. Hanya saja mereka lebih rapi dan tertib sehingga tidak terlalu mencolok.
Kota Kembang Bandung sebagai kota wisata tubuh hanya sisi lain dari aset pariwisata kota Bandung itu sendiri. Selain wisata belanja pakaian jadi dan kuliner. Wisata tubuh ini bukan fenomena baru di kota Bandung, karena kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Riau dan kota lain juga tak luput dari terdapatnya praktik sejenis yang sangat sulit dituntaskan.

Tempat "Wisata tubuh" di Bandung tidak hanya ada di pemukinan penduduk seperti Saritem saja, kawasan tempat kost-kost an,Panti pijat,Karaoke,penginapan hingga kampus ditenggarai di luar pagar sekolah juga cukup banyak. Akan tetapi, PSK di lingkungan ini tidak melakukannya secara masal dan diorganisir oleh satu broker, tetapi dilakukan oleh beragama komunitas. Artinya, ada yang melakukan praktik itu secara individu atau kelompok kecil yang dikelola oleh satu jaringan pemasaran. Ayam abu-abu (PSK berseragam Sekolah Lanjtan Tingkat Atas), misalnya, menjadi lahan yang berpotensi besar untuk mengakomodasi pasar para eksekutif atau mahasiswa di Bandung atau kota lain yang pelesiran ke Bandung.

Sama halnya dengan PSK yang berumur di atas remaja atau tua, ayam abu-abu juga banyak yang melakukannya per individu, sendiri-sendiri. Menurut beberapa user pemakai jasa mereka, mereka yang tidak menginduk pada satu jaringan pemasaran ayam abu-abu mengambil tempat mangkal di Mall-Mall atau Caffe. Selain ayam abu-abu di pinggiran kota Bandung juga bermunculan ayam biru (PSK berseragam sekolah lanjutan tingkat pertama). Pada praktiknya, mereka memang tidak mengenakan seragam sekolah dalam menjalankan profesinya, terkecuali mereka yang berusaha dan memasarkan diri secara sendiri-sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun