Mohon tunggu...
Temannya Mardi
Temannya Mardi Mohon Tunggu... Koki - Temannya Mardi

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mardi, Marni (Bagian 4)

14 Februari 2020   20:46 Diperbarui: 14 Februari 2020   20:44 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

BbrrRrrmMm BbrrRrrmMm.. mendengar motor yang sudah dihafal betul suaranya, Marni bergegas meninggalkan cucian yang ditekurinya sedari tadi, menuju teras rumah. Sesampainya di depan teras, dilihatnya Mardi, suaminya, mematikan mesin kemudian turun dari motornya. "Piye, Mas, lancar le narik..??" Tanya Marni nampak antusias.

Sambil menghempaskan tubuhnya di lincak reyot yang diletakkan persis di depan samping pintu rumah, "Piye-piye o, kalah karo ojek online, Ni.. uwong-uwong saiki ki wes do HP-nan kabeh..". balas Mardi memberi petunjuk pendapatannya yang tidak seberapa di hari pertamanya jadi tukang ojek. "Kopi, yo, Mas..??" Belum sempat dijawab suaminya, Marni langsung beringsut ke dapur.

Sembari membawa secangkir kopi mongah, Marni kembali ke teras di mana Mardi sedang mengipasi wajahnya yang berpeluh dengan satu eksemplar koran bekas yang sebelumnya digunakan sebagai pelindung dada di sebalik jaketnya. "Rasah nggresulo, Mas.. sepiro-piro o disyukuri. Jenenge hari pertama, iseh ono dino liyo.." tukas Marni optimis.

"Sri karo mbah Putri nengndi, kok ora ketok..??" Tanya Mardi mengganti topik. "Sri iseh turu, Mas.. nek mbah Putri, mou, jare arep metu neng nggone budhe Yayug".

Sudah seminggu ini Mardi punya motor baru. Honda bebek supra fit keluaran tahun 2010. Yah, meski sudah 9 tahun mengaspal, setidaknya itu tetap masih baru di tangan Mardi. 

Semenjak lulus dari STM jurusan otomotif, Mardi bekerja serabutan. Apapun dikerjakan. Mardi yang cucu tunggal mbah Putri ditempa untuk menjadi anak yang mandiri, padahal sejatinya dia anak manja. Beruntung, akhirnya Mardi beristrikan Marni. Kemanjaannya dilampiaskan betul-betul kepada Marni.

Sejak punya istri, Mardi hampir sudah tidak lagi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik yang dulu dirantasinya sendiri. Bangun tidur, Mardi hanya butuh mandi. Kopi atau teh, berikut sarapan yang meski seadanya sudah siap. Bahkan, untuk urusan mandi, handuk dan pakaian ganti sudah siap di gantungan yang letaknya tidak jauh dari kamar mandi. Tinggal sahut saja. Semua itu di bawah kendali istri tercintanya, Marni.

"Ni, iki mou aku ngeterke mbok Lamiyem neng pasar. Walah, dalane, Ni.. eman-eman motore jane.. tur piye meneh, mosok yo motore tak gendong. Pilih nggendong awakmu Ni.." goda Mardi sambil mrenges. "Opo loh.. mbok adus adus kono to, Mas. Wes sore, tur yo kringeten ngono kui kok. Ben seger awake, njuk kepenak le istirahat", balas Marni. Kemudian Mardi ngloyor begitu saja masuk ke rumah dan menjalankan perintah istrinya dengan patuh.

Sore jam 17.16 WIB mbah Putri belum juga nampak, sedang Sri masih pulas menyanding boneka kesayangan. Di depan teras, setelah mandi, Mardi melanjutkan kopinya yang sudah barang tak seberapa. Marni duduk tepat di sampingnya hingga antar lengan mereka saling bersentuhan. "Mas, yen oleh duit, sitik-sitik dicelengi yo. Aku pengen mesin cuci e..", pinta Marni sambil badannya dicondongkan ke arah Mardi. "Sisan kulkas ro kompor gase, ora?" Jawab Mardi. "Oalah Mas, nek aku iso golek duit, ra bakal nembung..!!", sahut Marni menekan setiap kata dalam kalimatnya.

"Halah, diguyoni we nesu.. Wes to, tenang.. sesuk tumbas sepuluh. Nek perlu, tanggane sing durung duwe yo dibagei, sah sumelang.." canda Mardi kepada istrinya sambil cengengesan. "Mbuh Mas.. karepmu..!!!, pokoke, bengi iki rasah neko-neko.. gah aku.." Marni masuk rumah, langsung ke kamar dan menguncinya dari dalam. Ceklek, ceklek.. jelas sekali bunyinya didengar Mardi.

"Duh, Char.., padahal ki yo mung guyon je, Char.. Wes, mengko wiridan wae yo, Char.. pahalane yo akeh, podo wae.." Mardi memberi pengertian kepada Charlie yang nampak lesu, tak bersemangat..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun