Mohon tunggu...
Oudhiart
Oudhiart Mohon Tunggu... Penulis - Engkau boleh saja pergi ketika matahari sedang menemaniku, tetapi kembalilah tepat waktu sebelum kegelapan memelukku.

Biarkan aku memakai topeng ini agar engkau tau aku yang sebenarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam yang Gagal

11 Januari 2020   20:42 Diperbarui: 11 Januari 2020   20:42 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selalu saja kau hakimi dirimu, meskipun tak butuh ketukan palu. Empat kali dalam sebulan. Dimulai ketika magrib telah lepas hingga malam sampai pada sepertiga pertama. Kau kurung sendiri dirimu dengan melihat kebahagian orang lain.

Kau mengambil keputusan sepihak dengan menyatakan malam itu adalah malam yang gagal. Tuhan pun kau salahkan. Katamu, engkau tak pernah mendapat bagian kebahagiaan. Padahal kau masih saja mengambil dan membuang napas. Kau pun tak peduli pada nyamuk yang mengeroyok.

Seharusnya kau tak perlu terkurung oleh teralis kebahagiaan orang lain. Menempati anjungan yang beku. Menggerutukan keadilan.

Padahal itulah saat yang tepat bagimu untuk melakukan perjalanan yang lebih jauh. Lebih lama dan lebih mesra. Perjalanan yang tak akan membuatmu lelah. Pasrah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun