Mohon tunggu...
Telly J. Triyono
Telly J. Triyono Mohon Tunggu... Lainnya - belajar membaca Indonesia

bergabung dalam multiverse maya. Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempat aku bekerja.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Momen Ramadan dan Idul Fitri 2023: S(es)aat Ekonomi Bergerak

28 Maret 2023   15:11 Diperbarui: 3 April 2023   17:55 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Minggu lalu, tepatnya 20 Maret 2023, kontan.co.id (https://nasional.kontan.co.id/news/bi-siapkan-uang-tunai-rp-195-triliun-untuk-kebutuhan-ramadan-dan-idul-fitri) memuat berita mengenai Bank Indonesia siapkan uang tunai Rp 195 triliun untuk kebutuhan lebaran. Dalam berita tersebut juga disebutkan bahwa kebutuhan untuk menyambut Ramadan dan idul Fitri 2023 meningkat tajam 8,2% dibandingkan kebutuhan tahun lalu. Dan tak kalah pentingnya adalah lebih dari 60% kebutuhan tersebut berada di pulau Jawa.

Sempat disinggung juga oleh Marlison Hakim, Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, penyediaan uang ini merupakan komitmen BI untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah adanya tradisi di masyarakat yaitu memberi uang di hari idul fitri atau lebaran khususnya uang baru.

Bagi seorang muslim, memberi uang pada hari lebaran merupakan bentuk kebaikan. Memberi adalah membagikan kebahagiaan agar pada hari itu semua bisa ikut bergembira. “Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.” (H.R. At-Turmudzi dari Anas). Dengan memberi (dibaca: bersedekah), juga merupakan satu sikap kedermawanan yang sekaligus menjadi sifat yang disukai Allah SWT. 

Namun, Apakah dampak penyediaan uang tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi? Tentu saja ini perlu kajian yang mendalam didukung oleh data-data ekonomi. Sebagai orang awam, tentu saja kami dapat melihat bahwa kebutuhan uang lebaran sudah menjadi bagian dari tradisi. Setiap tahun, uang tersebut diserap oleh masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa kebahagian memberi uang pada saat lebaran dapat memberikan sedikit dorongan agar ekonomi dapat bernapas lebih lega.

Mari kita berangan-angan . Jika Rp195 triliun tersebut digunakan, umpamanya untuk membeli paket sembako Rp25 ribu dapat menghidupi 7,8 juta jiwa. Andai diberikan kepada kaum miskin untuk membeli minyak goreng akan mendapat masing-masing 500 ml. jika dibelikan daging sapi yang saat ini harganya Rp150 ribu per kilogram akan dapat 1,3 juta kilogram.

Jika pembeliannya secara tunai, uang Rp100 ribu bergambar Dr. (H.C.) Ir. Soekarno dan Dr. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta, uang Rp50 ribu bergambar Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, uang Rp20 ribu bergambar Dr. G.S.S.J. Ratulangi, dan uang Rp10 ribu bergambar Frans Kaisiepo, uang Rp5 ribu bergambar Dr. K.H. Idham Chalid, uang Rp2 ribu bergambar Mohammad Hoesni Thamrin dan uang seribu rupiah bergambar Tjut Meutia, uang-uang inilah yang akan beredar di masyarakat. Apalagi jika uang yang dikeluarkan adalah uang edisi 2022, tepatnya 17 Agustus 2022.

Terlepas dari itu semua, ada juga saat lebaran saatnya membeli barang-barang baru. Entah itu tas baru, sepatu baru, jam baru, dan hal-hal baru lainnya. Hal ini bukan hanya milik anak-anak saja. Orang dewasa pun mengalami gejala tersebut. Lihat saja flexing yang bikin geger baru-baru ini. Mereka pamer tas, kendaraan, dan tempat-tempat yang dikunjungi. Kejadiannya bahkan bukan hanya di hari lebaran. Saya jadi ingat manusia transparan (hollow man). Semakin dewasa, manusia tersebut semakin tidak terlihat karena transparan. Agar dilihat, maka belilah pakaian, make up dan aksesoris lainnya agar eksis dan terlihat.

Dan uang yang kita pegang pun saat lebaran berubah bentuk dan berpindah tempat. Mungkin solusinya adalah hidupkan kembali ke petuah lama yaitu Belanja Bijak. Untuk yang tidak punya uang, bijak belanja dapat dilakukan dengan mudah. Apanya yang mau dibelanjakan, uang saja tidak ada. Yang menjadi masalah adalah yg punya uang. Bila tetangga hidup boros, kita harus belanja bijak. Tetangga membeli motor Harley, kita tetap belanja bijak.  Tetangga online belanja tas Hermes, kita mesti menjunjung tinggi belanja bijak.

Di luar itu semua, kebutuhan rumah tangga adalah salah satu penopang terbesar dalam permunbuhan ekonomi kita. Setidaknya dalam hitung-hitungan makro, kita semua menjelang lebaran memberikan kontribusi dan turut serta mendukung keinginan pemerintah agar ekonomi kita tetap tumbuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun