Mohon tunggu...
Humaniora

Bukan Kartini Kekinian

20 April 2017   10:27 Diperbarui: 20 April 2017   10:32 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus diubah hanyalah haknya untuk mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus taat beribadah, sehat jasmani dan rohani, dan berbudi pekerti luhur. Dan kesemuanya itu hanya dapat dipenuhi dengan ilmu pengetahuan.” (Rohana Kudus, tokoh pejuang perempuan di Padang).

Semangat Kartini selalu menjadi magnet yang menarik menjelang 21 April. Perjuangan dan emansipasi yang melegenda telah memotivasi kaum hawa untuk mendobrak keterbatasan. Segala keterbatasan yang dirasakan Kartini pada masa lalu tentu saja tak kita temui dalam kehidupan perempuan masa kini.

Saat ini, peran perempuan sudah hampir tak dibatasi ataupun dipersoalkan untuk berkiprah dalam bidang kehidupan. Jika dahulu, persoalan paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, saat ini hak untuk mendapatkan pendidikan tak lagi menjadi masalah. Ditambah lagi isu kesetaraan gender yang berhembus dari Barat pun membuka lebar kesempatan perempuan Indonesia untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam karir dan prestasi. Dalam hal kesempatan kerja dan berkarir, saat ini perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Jika ditelisik lebih jauh, kiprah perempuan akan dapat ditemukan di berbagai tempat, ada yang berkarir di perkantoran, pabrik, pusat-pusat kegiatan sosial dan seni, organisasi, gedung parlemen, rumah sakit, sampai  karir yang memerlukan otot dan kerja keras seperti atlet dan buruh kasar. Semua bidang kerja di ranah publik kini telah dirambah oleh kaum perempuan. Pertanyaannya yang muncul kemudian adalah benarkah hal ini menunjukkan bahwa perempuan Indonesia telah berhasil mengimplementasikan cita-cita Kartini dalam memperjuangkan haknya? Jawabannya bisa iya dan tidak.

Namun demikian, sudah semestinya semangat Kartini untuk memperjuangkan emansipasi perempuan dan kesetaraan gender janganlah disalahartikan dengan berlebihan. Emansipasi dan modernitas dalam kehidupan masa kini seharusnya bisa disikapi dengan bijak oleh perempuan masa kini. Sungguh memprihatinkan jika kita melihat fenomena saat ini, di tengah berbagai prestasi dan kesuksesan yang diraih kaum perempuan, masih ada yang menyalahartikan emansipasi dan modernitas dengan kebablasan.

Selain itu, berbagai peran yang kini telah mampu dijalankan oleh kaum perempuan bukan berarti menghilangkan peran kaum pria, perempuan hendaknya mampu memposisikan dirinya dengan tetap mempertahankan kodratnya sebagai perempuan sehingga ia tetap dihargai oleh semua pihak. Kelebihan perempuan bukan berarti tak lagi membutuhkan pria, bisa saja kekurangan pada perempuan justru menjadi kelebihan pada pria sehingga makna kesamaan hak adalah kerjasama perempuan dan pria untuk saling mengisi dan meraih kualitas hidup yang lebih baik.

Sejatinya, Kartini kekinian adalah sosok perempuan yang walaupun memiliki kedudukan dan pekerjaan lebih baik tetapi tetap menjalankan perannya sebagai isteri dan ibu dalam rumahnya. Bukankan peran perempuan yang sesungguhnya adalah melahirkan dan mempersiapkan generasi masa depan yang mampu mempertahankan peradaban bangsa ke arah yang lebih baik.

Tulisan salah satu pejuang perempuan asal Padang di atas sejatinya memerlukan perenungan yang panjang. Makna tuturannya teramat mendalam dan perlu dipahami oleh semua perempuan Indonesia yang kini tengah dilanda fenomena Kartini Kekinian. Tuntutan akan kesamaan perlakuan terhadap perempuan, semakin lama semakin melenceng dan mengarah pada hilangnya kesadaran tentang cita-cita Kartini yang sebenarnya. Semoga apa yang diperjuangkan oleh Kartini dulu, tidak dimaknai secara salah saat ini.

SELAMAT MEMPERINGATI HARI KARTINI TAHUN 2017!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun