Namanya Marni dia seorang bidan dan bekerja di sebuah rumah sakit swasta di kota Brebes. Usianya yang masih muda tampak pada binar matanya yang menyala-nyala. Terang seperti lampu petromax. Jangkauan dan harapannya masih sangat panjang sebatas mata memandang. Jauh seakan tanpa batas. Disingkapnya tirai jendela kamarnya. Pandangannya terlontar keluar melewati jendela, menembus cerahnya pagi. Dia merasakan pagi ini tidak seperti biasanya, ada sesuatu yang membuatnya bahagia.Â
Ya, dia adalah orang sedikit tertutup. Tidak banyak kehidupan pribadinya yang di ekspos seperti teman-temannya. Memang sih dia adalah pengguna media sosial sejati, namun walaupun begitu dia akan pilih-pilih mana yang layak diekspos untuk kepentingan publik. Baginya kehidupan pribadinya adalah saru jika dipamerkan, tak elok.Â
Dari sejak sekolah dulu sampai dia bekerja sekarang ini tak pernah ada sepenggal kisah yang menghiasi relung hatinya. Tidak ada orang spesial yang sanggup membuatnya bergeming. Hatinya sudah beku, takut jika dipermainkan seperti cerita sinetron.Â
Tapi sejak dia berjumpa dengan seorang pemuda yang bernama Leo, entah mengapa rasanya seperti ada getaran rindu. Padahal perjumpaan itu hanya sekejap saja, saat bertemu dirumah bidan Indah. Dia keponakan bidan Indah. Kebetulan Marni bekerja juga sebagai asisten di klinik milik bidan Indah.
"Kamu bidan Marni kan, perkenalkan saya Leo keponakan dari Bu Indah, saya diberi tugas menjaga rumahnya selama keluarga bulik Indah pergi", kata Leo
"Oh iya, saya Marni. Oh begitu ya syukurlah saya punya temen. Habis rumah segede ini kalo saya ditinggal sendirian wah... takut", jawab Marni.
"Ya, tenang saja ngga usah khawatir, saya full mulai sore sampai pagi. Sebab saya dinas siang", kata Leo.
Maklum sebagai seorang wanita Marni paling takut sama kegelapan malam, apalagi sama hantu. Kemarin Marni sempat was-was setelah diberitahu bidan Indah bahwa keluarganya akan pergi ke Yogyakarta menengok adiknya yang sedang hajatan. Kontan gelisah dan tidak bisa tidur. Ah tapi kini betapa gembiranya hatinya karena ditemani seorang lelaki yang sangat ganteng. Hati Marni bertalu-talu seperti bedug masjid.Â
"Mas, mas leo....!", terdengar suara Marni memanggil gusar. Namun Leo tak juga menyahut, membuat Marni tambah gusar. Matanya jelalatan ketakutan. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Dilihatnya mata Leo masih terkantuk-kantuk.
"Ada apa ya Mar", jawab Leo
"Anterin aku ke belakang, mau pipis tapi takut", suara Marni parau menahan pipis.