Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Brobosan, Tradisi yang Mulai Punah

31 Maret 2020   08:01 Diperbarui: 31 Maret 2020   08:09 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tradisi brobosan dibawah peti jenazah dok.eviagustian2.blogspot

Melihat acara brobosan di TV, penulis Jadi teringat ketika nenek buyut penulis meninggal di Wonogiri dilakukan tradisi brobosan. Saat itu jenazah hendak diangkat dibawa ke pemakaman. 

Tradisi ini sangat populer untuk kawasan Ex Karesidenan Solo, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Untuk kawasan barat seperti Brebes dan sekitarnya penulis tidak pernah mendapatinya.

Acara ini dilakukan ketika peti jenazah diangkat dan hendak dibawa ke pemakaman. Semua sanak saudara yang ditinggalkannya merunduk sambil mbrobos dibawah jenazah yang sedang digotong. Mbrobos berarti lewat menerobos. 

Tradisi ini sebenarnya sudah sangat tua usianya, namun begitu sekarang tinggal sedikit masyarakat yang masih melakukannya. Tradisi ini peninggalan jaman hindu budha. Setelah masuknya Islam mulai banyak yang ditinggalkan. 

Brobosan dalam budaya jawa memiliki dua makna dan tujuan. Tujuan pertama adalah menghormati orang yang meninggal dunia. Misalnya yang meninggal embah, atau orang tua maka sebagai anak cucu melakukan penghormatan untuk yang terakhir kalinya. Tujuan kedua adalah untuk mencari berkah atau tuah dari orang yang meninggal itu. 

Misalnya jika orang yang meninggal adalah orang yang cerdik pandai maka tujuannya agar cerdik dan pandai itu menurun ke anak cucunya yang melakukan brobosan. Jika orang yang meninggal diberi kelebihan umur yang panjan maka kelebihan itu akan berpengaruh ke anak cucunya. 

Tradisi ini tidak dilakukan andaikata yang meninggal adalah anak-anak, karena tidak diberi umur yang panjang, dan belum memiliki tuah. Sementara brobosan sendiri lebih ditekankan pada mencari tuah dari orang yang meninggal.

Dalam Islam justru ketika yang meninggal anak-anak masih ringan dosanya. Bahkan belum melakukan dosa sehingga banyak peluang untuk tidak mengalami siksaan kubur. Berbeda dengan orang usia tua yang sudah banyak melakukan perbuatan dosa, meskipun dia punya pangkat dan jabatan tinggi serta umur yang panjang. Semua itu tidak jaminan dibanding dosa yang juga dia perbuat. 

Bagaimana sih caranya brobosan

Brobosan dilakukan saat jenazah berada di halaman rumah hendak diangkat menuju ke pemakaman setelah selesai melantunkan doa. Diawali oleh kerabat yang paling tua dan diikuti semua anak cucunya berurutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun