Wahai sahabatku dalam dunia maya
Sudah sering aku baca artikelmu, sesering aku buka kompasiana
Tak terhitung jumlahnya walau dalam satu hari pun. Tiap detik hingga tiap menit
Kini aku tuangkan segala masalah yang melintas dalam benakku, yang berputar-putar menglilinginya, dan kemudian tertuang menjadi sebuah guratan kata
Indah ataupun tidak kataku ini bukan sebuah masalah bagiku juga bagimu
Aku pun kini sepertimu wahai sahabat, akupun keranjingan menulis di kompasiana walau tidak sesering kamu tapi ajeg
Ajeg tiap hari tiga artikel
Kini sejak tenarnya corona
Hampir semua tulisan berkutat menelanjanginya, menelanjangi corona sampai tak ada lagi kata-kata untuknya. semua habis diungkap lewat kata
Ribuan rasa tersirat seperti kilatan cahaya di langit, ungkapan duka, pilu, hingga tanpa ekspresi sama sekali. semua wajah berderet dengan ekspresinya
Lockdown, lockdown, lockdown
Semua artikel mengupasmu satu demi satu, seperti kupasan buah apel. Aku pun sampe bosan membacanya.
Ada yang berupa persepsi, ada yang opini, ada yang berusaha berpikir logis, ada yang comot sana comot sini, ada juga yang ngarang. Aku sendiri geli
Aku sendiri tidak pernah mengulas lockdown...!!
Kenapa?
Karena negara ini tidak melakukan lockdown, tapi menyatalan status sebagai KLB.
Namun begitu aku berharap agar negara ini terbebas dari corona. Percaya lah apa yang dilakukan pemerintah, dan kita juga mesti patuh.
Lha terus gimana artikel mereka tentang lockdown?
Ssstt..... itu bukan lockdown....Â
yach.... ini sekedar puisi kawan...
Puisi sebuah harapanÂ
Penulis : KBC-50