Sudah samestinya bahwa manusia itu memiliki keinginan. Itu adalah sifat dasar manusiawi. Keinginan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan yang sangat vital seperti sandang pangan namun juga kebutuhan sekunder dan tersier.Â
Semua manusia ingin menunjukkan eksistensi dirinya. Namun kemampuan setiap orang untuk mewujudkan hasratnya berbeda-beda. Dan berbeda pula perilaku untuk menyikapinya. Diantara semua keinginan tidak semua tercapai, tidak semua keinginan mulus seperti yang diharapkan.Â
Melik nggendhong lali
Melik itu artinya keinginan untuk memiliki sesuatu, bisa juga berarti pamrih. Ingin memiliki sesuatu yang bukan miliknya. Nggendong lali artinya pasti akan berdampak lupa. Bahkan cenderung melanggar wewaler atau aturan. Melik itu bukan keinginan atau angan-angan saja tetapi cenderung untuk memaksakan diri agar memiliki barang atau kedudukan yang diinginkan itu.Â
Tapi karena kemampuan diri yang terbatas dan dia sadar bahwa sesungguhnya tidak mampu, pada akhirnya akan menghalalkan segala cara atau cenderung lupa diri. Apapun akan ditempuhnya termasuk berbuat jahat untuk mencelakakan orang lain.Â
Mencuri, merampok, tipu muslihat dan segala macam cara agar tujuannya tercapai. Orang yang memiliki rasa melik pasti memiliki hawa nafsu yang tinggi dan tidak mempunyai rasa malu. Jauh budi pekertinya bahkan tidak memiliki ewuh-pakewuh lagi. Parahnya rasa perikemanusiaan sudah hilang dari hatinya. Hatinya menjadi kering dan mati.Â
Kudu iklas lila legawa
Bagaimanapun keadaan itu sebagai kuncinya kita mesti memiliki hati yang hidup dan hati yang bening. Sehingga hati itu dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.Â
Semua itu terwujud dengan sebuah laku. Laku ikhlas sabar lan nrima apapun yang sudah digariskan oleh yang maha kuasa sebagai kepastian yang mesti dijalani. Keprayitnaning batin atau kewaspadaan hati selalu terjaga setiap waktu.Â
Jika semua yang dijalani dilakukan atas dasar ikhlas dan ridho maka yang ada hanyalah rasa bahagia, semua akan terasa nyaman. Jauh dari keinginan duniawi yang tidak jelas. Pada akhirnya kita akan mengetahui hakikat dari hidup yang sesungguhnya dan bertenggangrasa atas karunia orang lain.Â
Berdamai dengan diri sendiri
Berdamai dengan diri sendiri adalah pengendali yang tepat. Selain menimbulkan rasa nyaman dan santai hati kita juga akan terasa ikhlas dan lega. Terutama untuk meredam nafsu angkara murka yang menggebu. Nafsu untuk memiliki semua yang ada, bahkan seisi jagad ini ingin dimiliki, semua akan terasa tentram jika kita berdamai dengan diri.Â
Penulis: Teguh Wiyono
Kompasianer Brebes