Mohon tunggu...
Teguh Subrata S.IP
Teguh Subrata S.IP Mohon Tunggu... Seniman - Open mind for a different view.

Alumnus International Relations Pasundan University of Bandung - Bachelor Degree in Political Science

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Konsep Berfikir Kepemimpinan

28 Februari 2020   02:00 Diperbarui: 6 Desember 2021   15:09 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kehormatan intelektual apabila seorang Calon Pemimpin mampu bertarung melalui ide dan gagasan yang konseptual, rasional, koheren, komprehensif, reflektif, dan kritis dalam pertarungan yang di labeli dengan judul "Membangun", masih katanya.Hipotesisnya begini, Pembangunan akan jauh dari realisasi bila fikiran, nalar dan logika rasional dalam individu-individunya saja belum terbangun secara benar.

PR kita adalah membangun dan membenahi dulu konsep berfikir yang benar, baru membicarakan perubahan, pembangunan dan semacamnya. Tidak bermaksud memberitahu, hanya saja ini adalah logika dasar yang seharusnya terbesit didalam pikiran orang yang berpikir.

Memang sedikit terdengar terlalu banyak poin yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin yang arif, baik dalam fikiran maupun tindakan. Tapi itu hanya beberapa saja dari banyak faktor yang seharusnya dimiliki (must be have) oleh seorang pemimpin, dan faktor-faktor itu pulalah yang membedakan bahwa seseorang "LAYAK" untuk disebut sebagai pemimpin sekaligus menjadi pembeda yang cukup kontras antara pemimpin dan yang akan dipimpin.

Jika beberapa hal fundamental dan mendasar seperti diatas saja tak mampu terpenuhi, lantas apa bedanya dengan saya yang biasanya menyeduh kopi di warung kopi paling plural ini, saya yang tahu bahwa saya tak tahu apa-apa ini?

Politik disini terkesan tidak lagi, seperti apa yang dikatakan Mouffe, menjadi ajang mengadu gagasan, ide dan nilai.

Ketika pertarungan politik tidak menghadirkan antagonisme ide, gagasan dan nilai yang diperjuangkan, maka politik tidak lebih dari sebuah pertarungan memperebutkan kekuasaan (lagi-lagi).

Politik kekuasaan, hampir dapat dipastikan hanya akan berisikan praktik-praktik nista seperti politik uang, eksploitasi sentimen identitas hingga kampanye negatif. Ketika itu terjadi, maka pada dasarnya tidak ada lagi politik, yang ada hanyalah pseudo-politics (politik semu). Dalam situasi yang demikian itu, politik menjadi kehilangan ruh, magis dan esensinya.

Buang jauh-jauh pikiran untuk Maju jika masih menganut faham kebe(Rp)ihakan dan political consumptive. You know what I mean.
Peace out!

Teguh Subrata, S. IP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun