DALAM MALAM KU BERKARYA
 tampaknya malam adalah waktu yang pas, waktu yang pas buat menyendiri, waktu yang pas buat merenung, dan tentunya waktu yang pas buat menghabiskan malam sambil menunggu senja di pagi hari.
nampaknya malam yang hitam gelap gulita adalah wadah yang pas, wadah yang pas buat merefres otak sejenak, waktu yang pas buat untuk sekedar sejenak hening bersama ribuan bintang dan redupnya cahaya bulan.
nampaknya malam adalah waktu yang hening, waktu yang sunyi, waktu yang tenang, waktu rehat sejenak dari rutinitas keesokan hari, waktu yang pas buat melepas rindu, waktu yang pas buat nongkrong bersama teman, sahabat, ataupun berkumpul dengan keluarga.
dalam di diam ku berlogika, DALAM MALAM KU BERKARYA,saat kebanyakan orang lebih memilih untuk rehat dan tidur di atas ranjang, aku lebih sibuk dan tertarik untuk meninggalkan jejak, jejak dari tulisan, tulisan dari  sajak-sajak yang tertinggal, tertinggal dari pekatnya malam yang beranjak pergi yang menuai menjadi senja pagi.
Jejak yang ku tinggalkan adalah jejak sederhana, sederhana" karena yang ku tinggalkan hanyalah tulisan yang berisi  tentang malam, yang hitam pekatnya  mulai memudar, menuai menjadi senja dan pagi.
Terang dan redup. Tetaplah menjadi inspirasiku, saat cahaya sudah tidak menyinari, tetaplah menjadi gulita yang memekat sehingga akan selalu ada celah untuk bintang bersinar terang di tengah cahaya yang semakin menampakkan redupnya. tetaplah menjadi pelita yang memudar pekatnya ketika cahaya mulai menyinari.
 Tetaplah, tetaplah, dan tetaplah ... ada.
