Menyikapi demo warga di sekitar pintu tol Jatibening yang menolak penutupan terminal banyangan, saya cukup prihatin apabila dilakukan dengan aksi anarkis.
Saya berharap kepada pihak jasa marga agar mau melihat peristiwa ini tidak hanya dari sisi warga yang mengamuk  karena merasa akses ekonominya terancam, tetapi lihatlah sisi lain dari masalah ini, dimana akar permasalahan utama adalah bahwa lalu-lintas di Jakarta semakin hari semakin padat terutama oleh kendaraan pribadi.
Banyak warga Bekasi dan sekitarnya yang rela naik angkutan umum untuk menuju ke tempat kerja mereka di Jakarta  dan dengan terpaksa mereka harus transit di dekat pintu tol Jatibening, untuk berganti bus yang mengarah ke tempat kerja.
Kalo melihat cara jasa marga menangani pemberhentian bus sekarang ini, memang sangat membahayakan dan membuat ketidaknyamanan bagi kendaraan lain yang melewati tempat tersebut.
Menurut saya, jasa marga sebagai pengelola jalan tol sebaiknya memfasiltasi prasarana transit penumpang angkutan umum di situ. Hal ini selain bisa meredam amuk warga, jasa marga juga ikut menghargai rakyat kecil pemakai angkutan umum.
Saya melihat tanah di depan kantor jasa marga Jati bening masih cukup lapang dan bisa dibuatkan jalur pemberhentian bus sementara sehingga tidak mengganggu laju mobil / kendaraan lain yang lewat. Agar mobil-mobil pribadi yang masuk dari pintu tol depan kantor Jasa marga ini tidak bersinggungan dan terganggu oleh angkutan umum, sebaiknya dibuatkan jalur menyusuri pinggir kiri di belakang pohon-2 cemara.
Semoga jasa marga bisa membuat keputusan yang bijaksana dan bisa mengakomodasi kepentingan semua pihak, baik orang kaya yang bermobil, rakyat kecil yang naik angkutan umum, maupun warga sekitar pintu tol tidak tertutup akses ekonominya.
Jakarta, 27-Juli-2012