Mohon tunggu...
teguh imam suryadi
teguh imam suryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat kopi gilingan sampai sachetan

Penikmat kopi gilingan sampai sachetan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Hujan Berhenti di Tempat Yang Salah

20 Oktober 2018   21:27 Diperbarui: 20 November 2018   15:02 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ratusan rindu kemarau pada hujan terjebak dihempas debu, terbata kata di penghujung musim

Pada langit dan matahari, gemeretak tanah menanti perkisahan

Tentang hujan turun di bumi yang terbelah, tidak di sini

Tentang merdu suara air bernyanyi jatuh manja menimpa ranting getas, menyapu ragam dupa di lapuk dedaunan 

Luntur debu di genting rumah di hutan, dan perkisahan tragis hujan tercekat di leher bumi

Dia sempat bertanya mengapa hujan turun dan berhenti di tempat yang salah

Dengan persangkaan baiknya aku belajar hidup di belahan bumi lain

Aku merasa tak sendiri menanggung rindu pada setiap tetes surga di debu tanah sepi

Celoteh raja matahari pada langit pada tanahkering gersang mengulangi rindu pada hujan 

Berbisik ihwal doa pertemuan tanah di bumi lain pada tanah tempatku berpijak

Air dan penghuni langit akan tumpah, menenggelamkan sebagian wajah tanah.. 

Desa Setiasih, Bekasi

20 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun