Mohon tunggu...
teguh imam suryadi
teguh imam suryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat kopi gilingan sampai sachetan

Penikmat kopi gilingan sampai sachetan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengintip Jenis Kelamin Film "Prenjak"

28 Mei 2016   11:06 Diperbarui: 30 Mei 2016   14:28 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://twitter.com/gogogikgo

Mata dunia kini mengarah ke Indonesia, tempat dimana perilaku masyarakatnya dianggap unik. Salah satu keunikan itu, perilaku ‘menonton alat kelamin’ yang konon hanya ada di Kota Budaya, Yogyakarta.

Atas nama keunikan perilaku masyarakat Indonesia itu, juri Festival Film Cannes 2016 untuk katagori La Semaine de la Critique memberi penghargaan “Terbaik” kepada film pendek Prenjak (The Year of Monkey) karya sutradara muda Wregas Bhanuteja dari Indonesia yang berhasil mengungkap sisi gelap, satu dari beragam kearifan lokal di Yogyakarta.

Film yang idenya diambil dari penggalan cerita sumir (tidak ada data resmi) tentang fenomena seksual di kota Gudeg itu, mengisahkan seorang ibu muda bernama Diah, pekerja di sebuah rumah makan. Suatu hari dia mengeluh pada Jarwo, sesama karyawan rumah makan tersebut. Diah sedang membutuhkan uang, yang di akhir cerita dijelaskan uang itu untuk membayar sewa rumah.

Uang dari pekerjaan utamanya tersebut kurang, sehingga dia nekat 'nyambi' menawarkan diri untuk mempertontonkan alat kelaminnya kepada temannya. Caranya? Si Diah menjual korek api (sebatang dihargai Rp10.000) kepada Jarwo yang akan menonton di kolong meja. 

Jika korek api habis, maka habislah waktu menonton. Tetapi si Diah memberi kebebasan kepada kliennya jika ingin menambah durasi tontonan. Syaratnya, si Jarwo harus membeli lagi batang korek api. Syarat lainnya, tidak boleh tangan Jarwo menyentuh 'Miss V'.    

(Koordinator Forum Pewarta Film)

Apa yang membuat Prenjak menarik minat para juri , tentu bisa dibayangkan bahwa hal tersebut sangat terkait dengan selera juri festival film di Eropa yang memang unik.

Selain memiliki narasi yang padat untuk cerita berdurasi 12 menit, Prenjak tanpa basa-basi memotret (secara visual) fenomena sosial dan betapa kesulitan ekonomi mendorong seseorang dapat melakukan hal tabu, ‘menjual’ mempertontonkan alat kelaminnya.

Ihwal kelamin (penis dan vagina) yang ditampilkan di film Prenjak  -- jika masuk Lembaga Sensor Film pasti gambar itu disunat -- , sutradara Wregas mengatakan benda tersebut merupakan ‘milik’ seorang model, yang tidak mau namanya dicantumkan pada credit tittle film. Mungkin, permintaan si model  terkait dengan aib, selain memang belum ada stunt in kelamin di sini.  

Kehadiran sineas Indonesia pada Festival Film Cannes 2016, serta kemenangan Prenjak tidak lepas dari dukungan fasilitasi Pemerintah Indonesia dalam hal ini dana dari Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bagaimanapun, Cannes adalah batu loncatan bagi sineas sebelum terjun ke ladang komersil di Hollywood. Bagi sineas Indonesia, bisa sampai ke Cannes diibaratkan setara dengan beribadah haji ke tanah suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun