Mohon tunggu...
Teguh Sugiarto
Teguh Sugiarto Mohon Tunggu... Lainnya - sansevieria_agave

Hobi Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

BPP Kecamatan Gombong Kenalkan Climate Smart Agriculture 'CSA' Kepada Gapoktan Gododadi dan Werdidadi Desa Klopogodo

27 Juli 2022   18:49 Diperbarui: 27 Juli 2022   18:52 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi CSA pada padi diantaranya penentuan waktu tanam berdasarkan kalender tanam, penggunaan bahan organic (pupuk organic & MOL).

"Tidak hanya itu pemupukan berimbang menjadi salah satu faktor penyebabnya," ungkap Hadiyati Nur Rohman, S.P.

"Selian itu, penggunaan bibit unggul yang tahan cekaman atau rendah emisi, sistem jajar legowo, bibit tanaman yang usianya terlalu muda, sistem tanam dua sampai tiga bibit per lubang, pengendalian hama terpadu, teknologi irigasi intermitten, dan pengukuran emisi gas rumah kaca," tambahnya.

Termasuk di antaranya meningkatan pendapatan petani pada lahan sawah beririgasi menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Adapun CSA merupakan pendekatan yang mentrasformasikan dan mengorientasikan ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan.

Terobosan ini sesuai permintaan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, agar pertanian melaksanakan inovasi.

Perubahan iklim dapat berdampak terhadap penurunan dan stagnasi produksi pertanian yang mengancam ketahanan pangan dan kelangsungan hidup manusia.

Keadaan ini menuntut kita untuk harus mereformasi sistem pertanian kita dengan menerapkan pendekatan Climate Smart Agriculture (CSA): (1) meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan secara berkelanjutan, (2) adaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim, serta (3) mengurangi emisi gas rumah kaca (mitigasi).

Sistem pertanian bio-industri adalah sebuah sistem yang sesuai dengan pendekatan CSA. Model bio-industri, yaitu: mengusahakan lebih dari satu jenis komoditas yang memiliki hubungan fungsional yang kuat pada satu satuan lahan yang dapat mengurangi penggunaan input eksternal/memaksimalkan penggunaan input dalam sebuah sistem.

Dengan model ini, risiko usaha dapat dikurangi; kegagalan panen pada suatu komoditas dapat ditutupi hasil panen komoditas lainnya; anjloknya harga satu produk dapat ditolong dengan baiknya harga produk yang lain; lebih menjamin keberlanjutan usahatani, sekaligus dapat meningkatkan daya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.

Sistem ini membutuhkan inovasi teknologi ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan iklim. Peneliti dan penyuluh pertanian merupakan agen penyedia dan diseminasi inovasi teknologi kepada petani (pengguna), perlu meningkatkan sinergi secara kuat melalui tiga aspek penting, yaitu sosialisasi, verifikasi dan validasi dalam suatu siklus yang terus berjalan dalam setiap interaksi hubungan fungsional peneliti-penyuluh guna mencapai akurasi dan akselerasi penerapan inovasi teknologi adaptif perubahan iklim.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun