"Siap, baik komandan," jawab Sarmin.
"Syukurlah kalau begitu," kata komandan.
"Sekarang kamu ceritakan ke mana saja selama tiga hari," tanya komandan.
"Siap komandan. Saya mengaku salah," jawab Sarmin.
"Sarmin walau kita mempunyai posisi yang berbeda, kita saudara. Kita satu tim. Kamu itu sangat vital posisinya di dalam kesatuan. Kamu tidak masuk tiga hari telah membuat kacau keadaan. Saya sudah bolak -- balik cerita bahwa posisimu sangat penting dan vital," papar komandan.
"Siap komandan. Siap salah," kata Sarmin.
"Sekarang ceritakan apa adanya. Kalau kamu ada kesulitan, kita siap membantu," kata komandan.
"Saya sedang patah hati komandan," jawab Sarmin jujur.
Mendengar jawaban Sarmin, komandan terkejut. Wah berarti persoalan serius. Gara-gara patah hati, sampai -- sampai pekerjaan ditinggalkan. Komandan tak berani menganggap sepele persoalan yang dihadapi Sarmin.
"Begini komandan, saya berusaha masuk militer, salah satunya juga untuk menaklukan hati wanita yang saya puja. Kalau saya jadi tentara setidaknya cukup dihormati oleh dia. Ketimbang jadi tukang cuci. Makanya saya berusaha keras bisa masuk militer komandan. Pangkat apa saja tidak terlalu penting. Yang penting masuk sebagai kesatuan militer, punya seragam  dan ada pangkat yang menempel di baju," papar Sarmin.  Â
"Apakah kalau kamu jadi militer, wanita yang kamu puja bersedia menikah dengan kamu?" tanya komandan.