Soemijat bisa dibilang terbiasa menggunakan logika. Karena selalu berpikir di luar kotak, ada saja yang masuk dalam pemikirannya. Setiap bulan Ramadan tiba, teman-teman sebayanya selalu membeli petasan. Lalu dinyalakan setelah salat Maghrib dan berbuka puasa.
Soemijat yang masih anak-anak sudah bisa berpikir  bahwa bermain petasan berbahaya. Jika meletus kena tangan atau kena badan bisa sakit. Lalu dicarilah mainan yang menghasilkan efek bunyi seperti petasan. Soemijat kemudian mencari seng yang dihamparkan. Lalu dengan pemukul  dari kayu, seng itu dipukul sekuat-kuatnya. Suaranya seperti petasan tapi tidak berbahaya.
Dan bisa membunyikan kapan saja. Tanpa harus membeli petasan yang jelas-jelas membuang-buang uang. Malah suara seng yang dipukul dengan kayu suaranya lebih nyaring dan keras dibanding suara petasan asli.