Saya masih saja mengingat karakter salah satu aktor dalam serial boneka "Si Unyil", tayang setiap hari Minggu pagi di TVRI pada tahun 1980an s.d. 1990an.
Ya, Pak Ogah! Sosok yang terkadang menyebalkan karena kemalasan hidupnya serta kebiasaan meminta atau pamrih atas segala hal yang dia lakukan kepada orang lain.
Kata ogah sendiri itu bisa berarti malas. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kata ogah berarti tidak mau (bersedia) berbuat sesuatu; segan; enggan.
Meski dipasang sebagai gambaran sosok negatif, hidup menggelandang dan tinggal di pos ronda, Pak Ogah bersama pasangan mainnya yaitu Pak Ableh, justru tampil menaikan perhatian orang terhadap serial ini.
Sosok Pak Ogah kemudian bergeser kepada kehidupan sosial.
Kebiasaan meminta uang dengan besaran "cepek" atau seratus Rupiah dalam kalimat populernya, "cepek dulu, dong!", yang keluar setiap kali Pak Ogah dimintai bantuan orang lain, diduplikasi beberapa orang dalam suatu aktivitas sosial tertentu.
Salah satunya yaitu aktivitas warga terutama ia yang berinisiatif membantu megatur lalu lintas (bukan petugas) di persimpangan jalan, apakah itu membantu menyebrangkan kendaraan yang terjebak kemacetan atau memperlancar arus karena kepadatan jalur pada suatu masa, dengan ujung bantuan meminta uang kepada pengendara.
Ya, mereka suka mendapat predikat Pak Ogah.
Sebutan itu terus melekat sampai sekarang meski tayangan Si Unyil tidak nampak lagi pada siaran TVRI saat ini.
Meski nampak sederhana, tayangan Boneka Si Unyil sanggup meraih sisi simpatik para penggemaenya.