Mohon tunggu...
Teguh Hartanto
Teguh Hartanto Mohon Tunggu... Buruh -

Enjoi https://teguhhartanto.net/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Melihat Sampah di Kota Amsterdam

25 Oktober 2018   10:30 Diperbarui: 25 Oktober 2018   19:29 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah di kota Amsterdam | Dokumentasi Pribadi

Berbicara tentang sampah yang tengah hangat sekarang ini di Jakarta. Saya akan membagi pengalaman tentang "sampah" di Amsterdam. Mengapa saya beri tanda kutip tentang sampah di Amsterdam, silahkan disimak dengan baik hasil pengamatan saya di kota Amsterdam.

Pada hakekatnya di kota Amsterdam mungkin di Belanda secara umum, apabila ada suatu obyek barang yang terletak di luar, bisa di jalanan ataupun tidak melekat di dalam area rumah dan tidak terkunci-dirantai-digembok, beranti obyek barang tersebut dapat dimiliki dan diambil. Siapa cepat dia akan mendapatkannya. Sepengalaman saya, kecuali tanaman dalam pot dan pohon saja saya tidak pernah mendengar ada kompalin akan kehilangan.

Kesibukan truk sampah, dokpri.
Kesibukan truk sampah, dokpri.
Jadi apabila kita menemukan obyek barang tersebut sesuai kriteria di atas, kita dapat dengan senang hati boleh memilikinya. Obyek barang bisa saja berupa furniture (lemari, meja, kursi, kasur etc), sepatu, lukisan, perkakas, mungkin sepeda etc.

Bisa dipilih dan diambil, dokpri.
Bisa dipilih dan diambil, dokpri.
Kesemua barang tersebut biasanya diletakan di jalan, menunggu waktunya penjemputan untuk menjadi sampah sebenarnya. Untuk di daerah saya di sekitar Amsterdam Centraal, hari penjemputan sampah mendapatkan jatah hari Senen dan Kamis. Sampah cukup di taruh di jalan pada waktunya dan yang sudah menjadi kesepakatan tak tertulis untuk dimana diletakan.

Mengapa banyak barang "berharga" yang dibuang begitu saja di sini, itu dikarenakan rumah disini relatif kecil-kecil jikalau tak mau dibilang mini. Jadi ketika suatu rumah tangga butuh penyegaran furniture yang baru, maka barang yang lama akan direlakan. Yah karena juga tidak punya tempat lagi untuk menampungnya.

Sampah dan Zeedijk, dokpri.
Sampah dan Zeedijk, dokpri.
Bisa jadi untuk isi dalam rumah tangga (terutama untuk pelajar) di Amsterdam adalah berupa barang-barang hasil dari jalanan. Karena barang-barang yang dapat ditemukan bisa saja masih merupakan kualitas yang baik dan bagus serta mempunyai harga.

Kalau mau ditambah sedikit niat berbisnis, kita juga bisa mengambil dan menjualnya kembali lewat internet, mungkin lewat web jual beli ataupun page Facebook khusus barang second. Malahan ada page di Facebook yang mengkhususkan informasi tentang barang berharga di jalanan yang dapat diambil secara gratis.

Selain itu tujuan orang menaruh barang di jalanan bisa juga niat sosial untuk berbagi, karena dijamin untuk barang yang masih layak pakai dan baik pasti akan berpindah tangan kepemilik yang baru tanpa menjadi sampah.

Untuk dapat merasakan sebagai "pemulung" barang berharga di Amsterdam, dapat merasakan pengalamannya malam hari sebelum penjemputan sampah sampai pagi pada hari H penjemputan. Tidak perlu malu untuk menjadi pemburu sampah, tidak ada kesinisan disini, urusan masing-masing aja. Malahan kita akan bersaing dengan pemulung sebenarnya yang didominasi oleh orang-orang dari Eropa Timur.

Salah satu spot untuk buang sampah, dokpri.
Salah satu spot untuk buang sampah, dokpri.
Sampah
Kembali lagi tentang sampah sebenarnya, idealnya yang disebut sampah adalah barang bekas dan tidak terpakai yang dihasilkan secara harian oleh rumah tangga, yah paling mudah berupa hasil limbah dapur. Atau silahkan artikan sendiri tentang sampah dengan bijaksana.

Para penduduk sendiri diharapkan untuk memisah dan memilah sampah sendiri, seperti untuk campuran limbah dapur, kertas, plastik, botol, alat elektronik, minyak, dan sandang layak pakai. Karena kesemua kriteria tersebut terdapat tempat khusus berupa kontainer untuk menampungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun