Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teori Kekosongan Jiwa dan Hubungan Sosial Manusia

6 Desember 2022   05:00 Diperbarui: 6 Desember 2022   05:08 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seseorang sedang berdoa (Sumber Gambar : Klatenkab.go.id)

Hubungan sosial manusia adalah suatu bentuk ikatan perasaan antara satu orang dengan orang lainya didalam kehidupan sehari-hari manusia, yang ikatan perasaan tersebut lahir dari adanya interaksi fisik ataupun komunikasi. 

Contoh hubungan sosial-keluarga, seorang anak bayi sebelum lahir kedunia dan masih dalam bentuk janin, sudah menerima interaksi fisik dengan ibunya dikarenakan bayi mengirim gizi kepada si bayi lewat tali pusar yang terhubung ke plasenta, akibat dari itu timbulah perasaan antara keduanya, sekalipun sang bayi belum lahir ke dunia, oleh karena itulah saya pikir mengapa hubungan antara seorang anak dan ibu adalah contoh paling dasar dalam menerjemahkan definisi hubungan antar manusia di dunia ini. 

Lain halnya dengan hubungan sosial-persahabatan, pacar dan pekerjaan seorang individu tidak dapat menjadi sahabat atau pacar atau menjalin hubungan dengan individu lain dalam pekerjaan jika, seseorang tidak memenuhi dahalu kedua prinsip tersebut, interaksi fisik dan komunikasi.

Contoh interaksi fisik yang saya maksudkan disini adalah, seperti berjabat tangan, orang yang belum kenal dengan orang yang lainya akan bersalaman untuk saling berkenalan, jika seseorang hanya bersalaman dengan orang yang lainya tanpa berkenalan lewat komunikasi mungkin kah mereka bisa jadi sahabat? dan membangun hubungan sosial, saya kira tidak, begitu pula hubungan sosial-pacaran dan pekerjaan.

Berbeda dengan Hubungan sosial-keluarga, seorang adik dan kakak, sekalipun membatalkan salah satu hukum interaksi untuk membangun hubungan sosial yakni interaksi fisik dan komunikasi, saya kira mereka akan tetap memahami hubungan antar keduanya karena jalinan batin, lewat aliran darah ibu mereka yang satu.

II. Kekosongan Jiwa Manusia

Ilustrasi Kekosongan Jiwa (Sumber Gambar : ImageSearchMan)
Ilustrasi Kekosongan Jiwa (Sumber Gambar : ImageSearchMan)

Kekosongan jiwa manusia berbeda dengan hubungan sosial manusia, saya menyadari dan menemukan kekosongan jiwa manusia tidak dapat diobati oleh hubungan sosial.

Saya berpendapat bahwa kekosongan jiwa manusia hanya dapat diisi oleh entitas yang abadi, tak terkalahkan, yang menguasai segalanya, yang tidak dapat binasa, yang mengusai segala alam semesta dan yang menciptakanya, yang berkuasa akan apapun, yang tahu segalanya, yang bisa menelisik segalanya,dan yang tidak dapat dipahami akal manusia, yang masuk kedalam batin manusia paling dalam. jadi apa atau siapa yang saya maksud? dan jawabanya adalah Tuhan.

Ya benar, Tuhan lah yang saya maksud, kekosongan jiwa manusia hanya dapat diisi atau dipulihkan lagi lewat hubungan interaksi jiwa manusia dengan Tuhan, jadi pada saat berinteraksi dengan Tuhan, entah dengan cara berdoa atau meditasi sebenarnya tubuh kita sudah tidak berguna, karena jiwa lah yang membangun interaksi.

Itulah mengapa saya katakan bahwa kekosongan jiwa manusia hanya bisa disembuhkan lewat interaksi jiwa manusia dengan Tuhan. Dan interaksi dengan manusia tidak dapat menyembuhkannya, entah itu pernikahan, pacar , keluarga, ataupun persahabatan tidak dapat menyembuhkan atau menyelamatkanya. 

Kekosongan jiwa hanya bisa diselamatkan lewat interaksi jiwa manusia kepada Tuhan-Nya, yang menciptakan dia. Manusia hanya dapat dibatalkan kemanusiaan nya, entah itu ego, rasa mampu, sombong,dan lainya, hanya oleh dengan yang tidak manusia, suatu hal yang tidak memiliki sifat-sifat kemanusiaan sedikitpun, yang tidak ada, yang tidak terlihat, karena yang kosong juga yang tidak terlihat, harus diisi oleh yang tak terlihat pula. Yang tak takluk oleh apapun dan yang tak dapat ditaklukan, barulah manusia bisa tertunduk menyerah, tertunduk pasrah, minta ampun, menyerah sepenuhnya di titik dasar terendahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun