Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Masa Depan Manusia Lewat Pendekatan Eksperimen Tikus John Calhoun

16 Oktober 2022   02:24 Diperbarui: 16 Oktober 2022   06:13 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar John Calhoun Saat Melakukan Eksperimen Terhadap tikus. Sumber Ilustrasi : Kabar Besuki - Pikiran Rakyat

Para pembaca, selamat membaca artikel ini. Artikel ini hanyalah bentuk dari sebuah pemikiran saya, anda dapat memaknainya sesuai keinginan anda. Sekali lagi, Selamat membaca...

"Saya tidak mampu untuk memikirkan segala hal, saya juga tidak mampu untuk menerangkan segala hal, apalagi mencoba memahami seluruh pikiran manusia, bahkan pemikiran saya sendiri pun terkadang sulit untuk jiwa saya selami.",  

Apa yang absolut pada manusia?, jawabanya ya tidak ada. Argumen yang satu akan dibatalkan oleh sedikit cela gagal dalam hidup. Setiap hal yang kita coba sebut untuk sempurna maka itu hanya akan jadi kekosongan. Siapa yang mampu sempurna? ya tidak ada.

Suatu hari saya membaca tentang seorang ilmuwan : Pada tahun 1972, pengamat perilaku hewan John Calhoun membuat sebuah eksperimen dimana ia membuat 'Universe 25' atau sebutan bagi dunia surga bagi para tikus. Eksperimen tikus tersebut yang awalnya menempatkan 4 ekor jantan dan 4 ekor betina dalam satu kandang yang luas dan penuh makanan dan kenikmatan. 

Calhoun mengamati tiap-tiap peristiwa yang terjadi setiap 60 hari. Populasinya bertambah dua kali lipat yang dimulai dari 4 pejantan dan 4 betina hingga 2.200 populasi pada hari ke-560. Lalu yang terjadi setelah hari ke 560 adalah populasi tikus semakin berkurang, hingga akhirnya tidak ada satupun lagi tikus dikandang tersebut karena semuanya mati. 

Hal ini dikarenakan tikus-tikus menjadi malas dan menunggu saja makanan yang akan datang ke tengah mereka, dikarenakan mereka sudah terlalu banyak, akhirnya tikus-tikus tadi saling membunuh, Calhoun menyebut alasan tikus-tikus ini berubah dari yang hidup bahagia menjadi saling bunuh, berkaitan dengan kepadatan populasi. Calhoun menyebutnya "The Behavioral Sink"

Calhoun mengatakan suatu ungkapan yang bagus terkait pristiwa ini : "Jika kelaparan tidak membunuh suatu populasi, mereka akan membunuh kaumnya satu sama lain"

Hal inilah yang saya maksudkan dan pikirkan, apakah sekarang kita manusia akan berakhir dan akan terjebak pada situasi seperti tikus-tikus ini?, atau manusia memanglah ras pilihan Tuhan dengan kelebihan Logika dan Empatinya lah yang akan menyelamatkan populasi manusia itu sendiri. 

Hal ini sungguh nyata dan mirip apabila kita melihat peristiwa hari-hari ini, dimana umat manusia saling membunuh dengan cara perang, saling mengancam, jurang antara orang kaya dan miskin semakin nyata.

Tak usah jauh melihat dan memikirkan dunia sampai ke negeri seberang, sesungguhnya kita dapat melihatnya dari keadaan negeri kita sendiri, tepat terjadi di depan mata kita per hari ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun