Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kesedihan yang Dalam

4 Oktober 2022   17:12 Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:15 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penulis sedang membaca puisi di hutan Gunung Sibuatan (Dok.pribadi)

Sedih melihat apa yang terjadi hari ini
Bagaimana kita mencoba saling melupakan
Angin selalu terasa begitu asing, Pada hujan yang datang dari utara
Getaran tak ada lagi terasa, sama seperti mati rasa
Yang tinggal hanyalah nada lagu jazz itu diujung telinga
Aku bangun dan hidup dalam kematian
Kematian yang tak bisa didefinisikan
Detik arloji terus berdetak, Membuatku terus menghitung waktu
Dimana sampai saat itu aku juga tidak tahu bagaimana menilai diriku
Awan yang memayungi ku dari atmosfer selalu melukiskan wajah mu
Entah itu romantis atau sedih aku tak bisa mengartikan
Mau tidak mau sebagian jiwaku tumbuh bersamamu
Seperti akar pohon yang mengakar dalam ke tanah
Begitupula cintaku yang tak mudah saja dicabut lalu dibuang
Mengatakan itu mudah dan ya, artinya membohongi diri
Hujan tak pernah mengerti kenapa dia harus turun, bumi basah hanya akibat dari proses alam
Kau menyejukanku dengan embun mu, yang pada akhirnya menyiksa ku lagi dengan terik matahari
Sudahlah tak apa, siksaan mu membuat tulang ku semakin kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun