Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Pertama Mendaki Gunung Sibuatan di Sumatera Utara, Desa Nagalingga

3 Oktober 2022   13:14 Diperbarui: 3 Oktober 2022   13:21 3852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penuli Pada Saat di Puncak Gunung Sibuatan (dokumen pribadi)

Foto hutan Lumut di Jalur Pendakian Gunung Sibuatan (Dokumen pribadi)
Foto hutan Lumut di Jalur Pendakian Gunung Sibuatan (Dokumen pribadi)

Namun saya mendapat satu hal yaitu udara yang sangat segar, cuaca sejuk dan ketenangan yang sangat tidak bisa didapatkan di kota, saya menyadari bahwa saya senang dan merasa damai karena mendaki gunung membuat saya tenang dan tentram karena kesunyian yang segar serta melihat sekeliling penuh akar dan pohon-pohon besar, membuat mata, pikiran dan hati saya menjadi tenang dan damai.

Kami menghabiskan waktu dengan mengabadikan momen berfoto di spot-spot yang unik, seperti pohon besar yang tumbang, hutan yang dipenuhi dengan lumut dan jalur pendakian yang disertai akar-akar besar.

Kami juga mengalami kejadian unik di perjalanan dari shelter 2 menuju shelter 3, kami disengat tawon. Saya kembali mendapat pelajaran baru, bahwa sengatan tawon membuat adrenalin saya semakin terpacu dan membuat tenaga saya tiba-tiba bertambah saya melaju kencang dan tidak memikirkan medan yang sulit lagi, pikiran saya hanya satu selamat dari ancaman sengatan tawon, kami berlari kencang menaiki jalur yang extrem dan dipenuhi akar pohon. hahaha sungguh lucu pengalaman waktu itu jika diingat-ingat.

Waktu istirahat di tiap shelter pun menjadi kenikmatan tersendiri, duduk ditengah hutan belantara di kepung pohon-pohon besar menikmati secangkir kopi hitam yang kami masak bersama roti bon-bon yang kami santap, sungguh menenangkan jiwa dan mendamaikan perasaan. Sangat berbeda jauh dengan duduk di warung kopi di kota, ia mempunyai kenikmatan nya tersendiri.

Singkat cerita kami terus mendaki, walau kabut mengepung kami ketika di shelter 4 membuat oksigen terbatas ketika kondisi fisik sudah sangat lelah, namun disinilah nyali sekaligus kemauan yang kuat kita diuji, mau terus melanjutkan sampai puncak atau menyerah di shelter 4. Puncak berada di shelter 5, saya tidak mungkin menyerah disini, nanggung...

Jadi kami memutuskan untuk lanjut mendaki walau situasi saat itu sudah mulai hujan juga, jalur pendakian semakin menanjak karena menuju puncak, tanah yang kami pijak mulai licin karena hujan, namun kami tetap melanjutkan pendakian kami.

Satu jam mendaki, akhirnya...

Teman saya Josua berkata kepada saya 'kita sudah sampai', saya langsung jatuh terlentang dengan ransel saya tertidur kami bersama di bawah hujan membasahi wajah ku, aku ingat sekali aroma nya sera kupandangi langit aku merasa sangat dekat dengan nya. kuhirup udara nya dengan sangat banyak dan kusimpan di paru-paru ku berharap udara itu akan terus tersimpan disana.

Tepat disamping ku terlampir tugu kecil sederhana tertulis peringatan untuk pendaki yang meninggal disana yang disebabkan oleh hipotermia. 

Aku sangat senang, bahagia dan merasakan kedamaian tingkat tinggi. Terasa seperti sangat dekat dengan langit seolah aku bisa menyentuhnya dan hujan itu terus membasahi wajah dan tubuhku yang sangat lelah, namun lelah itu sungguh terbayarkan ketika mencapai puncak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun