Mohon tunggu...
Tedi nugroho
Tedi nugroho Mohon Tunggu... Novelis - Tedi Nugroho

pengubah kopi menjadi tulisan berarti

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kita dalam Stabilitas Keuangan Negara

27 Juli 2019   22:47 Diperbarui: 27 Juli 2019   23:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Pembahasan mengenai stabilitas keuangan negara tidak terlepas dari krisis yang pernah bangsa ini alami, yaitu krisis 19971998. Krisis pada saat itu sebagai pembelajaran yang berharga agar dapat menghadapi ancaman keungan yang akan datang. 

Banyak dari kita mungkin tidak ikut merasakan, tidak tahu sama sekali, atau mungkin masih belum dewasa sehingga terlihat baik-baik saja. Krisis pada saat itu dianggap krisis pada titik terendah yang pernah dialami bangsa ini. Ada beberapa faktor penyebab krisis 19971998 dan dampak dari krisis tersebut.

1.Kurs Rupiah

Kurs rupiah atau yang lebih dikenal nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar memang menjadi acuan yang pokok dalam sistem keuangan. Kurs rupiah saat ini berkisar diangka Rp 15.000,00.  Kita tak begitu ikut merasakan kenaikan tersebut karena untuk kenaikannya tidak jauh dan perekonomian Indonesia yang cenderung stabil. Akan tetapi, tahukan bahwa pada tahun 1998 nilai tukar rupiah anjlok serendah-rendahnya. Satu dolar pada saat itu Rp 2.363,00 menjadi Rp 16.650,00 per satu dolar. Orang kaya semakin kaya, yang miskin akan lebih banyak mengeluh.

2.Inflasi 

Pada tahun 1998 inflasi sudah tidak terkontrol lagi, dari 11,10 persen meleset jauh 82,4 persen. Akibatnya, rupiah menjadi tak berharga karena harga barang dan jasa naik begitu cepat. Bisa dibayangkan, harga mi instan Rp 300,00 naik drastis menjadi Rp 1.500,00. Orang kaya akan susah untuk memenuhi budaya glamornya, yang pas-pasan menjadi susah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, dan yang miskin akan lebih banyak mengeluh.

3.Kemiskinan

Lonjakan kurs rupiah diikuti dengan inflasi tentu akan berdampak pada naiknya angka  kemiskinan. Tercatat pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13,10 persen. Angka kemisikinan mencapai 24,4 persen dari populasi penduduk Indonesia saat itu. PHK terjadi di perusahaan secara masif. Daya beli masyarakat menurun drastis. Perusahaan banyak yang gulung tikar. Orang kaya semakin sedikit, yang miskin semakin banyak.

Gedung Bank Indonesia. Merdeka.com / Dwi Narwoko
Gedung Bank Indonesia. Merdeka.com / Dwi Narwoko
Dewasa ini perekonomian Indonesia stabil dan cenderung merangkak naik perlahan walaupun tahun 2008 pernah terjadi krisis meski tidak signifikan. Agar negara selalu siap menghadapi ancaman baik internal maupun eksternal, diperlukan peran BI ( Bank Indonesia ) sebagai lembaga Independent. BankIndonesiaSSK mempunya peran yang sangat sentral dalam stabilitas keuangan negara. 

Bank Indonesia berperan dalam menjaga stabilitas moneter melalui suku bunga. Erat kaitannya dengan dunia perbankan dimana Bank Indonesia harus menetapkan suku bunga yang secara tepat, tidak ketat dan juga sebalikanya. Peran vital lainnya adalah menciptakan lembaga keuangan yang sehat melaui pengawasan dan regulasi. 

Selain itu Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk mengatur demi kelancaran pembayaran. Salah satu produknya adalah RTGS yang sering kita jumpai apabila akan melakukan transfer. Melalui pemantuan secara makroprudensial, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan yang dapat membahaykan sistem stabilitas keuangan. Yang tak kalah penting Bank Indonesia adalah lembaga penyedia likuiditas pada kondisi normal atau krisis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun