Mohon tunggu...
Tedi nugroho
Tedi nugroho Mohon Tunggu... Novelis - Tedi Nugroho

pengubah kopi menjadi tulisan berarti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hore, Huru dan Hara

29 Desember 2018   00:53 Diperbarui: 29 Desember 2018   00:59 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baskara masih dalam lelapnya

Jadwal shifting dengan Wulan

Terbangun lagi seolah-olah terusik untuk kesekian kalinya

Oleh suara bising desa Citro akan kedatangan pangeran Mukidi

Hore, Huru, dan Hara sudah siap-siap

Siap warta tangis, siap warta hore, siap warta Mukidi

Datanglah mukidi bak manusia terganteng di desa tersebut

Hore, Huru dan Hara ke pos got, tenda, dan gubuk

Mukidi jalan sendirian layaknya dialah yang paling memahami desa Citro

Melihat kosong, berpikir kosong, senyum kosong

Lain halnya jauh dari desa Citro

Hore, Hura, dan Hara mengemas narasi kosong menjadi metafor

Salah, evaluasi, dan harapan

Baskara seperti enggan untuk menampakan keagungannya

Maka berpestalah seisi yang tak disinari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun