Mohon tunggu...
Teddy Rahmansyah
Teddy Rahmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IKOM UMM

Mahasiwa IKOM UMM yang pingin bisa bikin tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stasiun TV Harus 'Melek' Aturan

25 April 2021   21:37 Diperbarui: 25 April 2021   21:42 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di beberapa minggu yang lalu, media sempat dihebohkan dengan pernikahan sepasang selebriti yang ditayangkan secara eksklusif di salah stasiun televisi swasta di Indonesia. Dan hal yang serupa juga sempat terjadi pada beberapa tahun yang lalu. Peliputan mengenai pernikahan sepasang selebriti ini pun menuai kritik dari berbagai elemen masyarakat. Mayoritas kritikan tersebut ditujukan kepada pemilik dari stasiun televisi dan berisikan tentang masyarakat yang menyayangkan bahwa televisi seharusnya menayangkan siaran yang bersifat edukasi, bukan yang bersifat privasi. Hal tersebut juga sesuai dengan yang tertera di P3-SPS. 

Pada P3-SPS tertulis bahwa sebuah tayangan hendaknya bersifat edukasi dan tidak melanggar hak frekuensi publik. Namun pada nyatanya, demi kepentingan pribadi aturan tersebut seperti tak diindahkan. Tak hanya mengenai pernikahan selebriti, ada juga tayangan sinetron, tayangan hiburan, talk show, dll yang didapati melanggar aturan, namun masih tetap saja ditayangkan dan menjadi konsumsi publik. Hal tersebut dilakukan demi mengejar rating. Rating pada stasiun televisi bak dewa yang di agung-agungkan. Bahkan demi mencapai rating, sebuah tayangan rela untuk melakukan segala cara demi mencapai angka tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya 14 program televisi yang mendapat teguran dari KPI per September 2019 kemarin. 

Sebagai contoh, salah satu adegan di sinetron Samudera Cinta menayangkan adegan dewasa, yang mana hal tersebut sangat tidak sesuai dengan psikis remaja dan melanggar P3-SPS. Namun hal tersebut tetap saja ditampilkan dan alhasil sinetron mendapatkan teguran keras dari KPI. Sangat miris sekali bukan? Tayangan yang seharusnya mampu memberikan edukasi dan mendidik generasi bangsa kini terkalahkan dengan tayangan yang cenderung tidak memiliki manfaat. Dan tayangan edukasi di televisi saat ini bisa dihitung dengan jari. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh pihak stasiun tv? Yang pertama tentu saja harus memilah tayangan mana yang pantas untuk ditampilkan dan mana yang tidak. Lalu, lebih teliti dalam menciptakan suatu program, apakah program tersebut mampu memberikan manfaat pada masyarakat atau justru sebaliknya. Dan tak lupa untuk terus mengoreksi, apakah tayangan atau program yang ingin ditampilkan sudah sesuai dengan P3-SPS atau belum. Mungkin artikel ini terdengar seperti kritik, namun pada nyatanya, artikel ini merupakan ungkapan keresahan dari seorang remaja Indonesia yang miris melihat tayangan Indonesia saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun