Mohon tunggu...
Teddy Budiyansyah
Teddy Budiyansyah Mohon Tunggu... -

Histori, Vakansi, Point of View dari Teddy Budiyansyah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepuluh Tahun Tandukan Legendaris Zidane

10 Juli 2016   14:43 Diperbarui: 10 Juli 2016   14:59 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.thestar.com/sports/soccer/2009/11/22/zidane_defends_thierry_henrys_handball.html

Laga final piala dunia sepuluh tahun lalu di Olympiastadium, Berlin pada 9 Juli 2006 masih menyisakan cerita ketika pehelatan antara Italia dan Perancis yang akhirnya dimenangkan oleh Italia melalui adu pinalti dengan skor 1-1 (5-3).

Hal menarik yaitu dalam pertandingan tersebut diwarnai insiden yang hingga sekarang masih menjadi momen yang tak mungkin bisa dilupakan bagi seluruh masyarakat dunia yaitu ketika Zinedine Zidane menanduk Marco Matterazi pada menit 110 yang diduga diawali dengan adu mulut antar keduanya.

Dalam berbagai media disebutkan bahwa adu mulut antara keduanya diawali ketika Matterazi beberapa kali menarik jersey Zidane dan respon yang diberikan Zidane adalah dengan memberikan pernyataan bahwa akan memberikan jersey nya seusai pertandingan selesai namun Marco terprovokasi dengan melontarkan pernyataan bahwa daripada ia mendapatkan jersey, lebih baik ia mendapatkan adik perempuannya. Berbeda dengan pernyataan media belakangan bahwa Marco meledek ibu Zizou. Klarifikasi tersebut dilansir materazi pada Football Italia beberapa waktu yang lalu.

Marco Materazi menyebutkan bahwa ia tidak mungkin menghina ibu Zidane sedangkan ia sendiri sudah kehilangan ibu kandung sendiri sejak umur 15 tahun. Siapapun yang dihina dan apa yang menjadi objek provokasi bukan lah hal yang dapat ditolerir, apapun itu objeknya provokasi teatap provokasi dan tak patut ditiru. Termasuk respon yang dilancarkan oleh Zidane, sampai akhirnya Zizou menghaturkan permintaan maaf kepada seluruh fansnya akibat insiden tersebut dan tentu saja menjadi hal yang tak patut ditiru siapapun.

sumber: http://www.dailymail.co.uk/sport/football/article-2443828/Zinedine-Zidane-statue-World-Cup-headbutt-moves-Qatar.html
sumber: http://www.dailymail.co.uk/sport/football/article-2443828/Zinedine-Zidane-statue-World-Cup-headbutt-moves-Qatar.html
Insiden tersebut dikisahken kembali oleh wasit pemimpin laga tersebut asal Argentina yaitu Horacio Elizondo, ia menyadari bahwa keputusan yang diambil dengan memberikan kartu merah kepada Zidane merupakan keputusan besar walaupun pada dasarnya ia sendiri tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ketika Matterazi terjatuh ia sempet membunyikan pluit namun dengan sebab adanya hand ball di sudut lapangan lain.

Ketika perhatian tertuju pada Matterazi yang sedang terjatuh, ia melihat dan memberikan jeda beberapa saat hingga akhirnya sang stopper Italia tak kunjungan bangun setelah terjatuh hingga akhirnya ia menghentikan pertandingan. Saat ia menanyakan kepada hakim garis, pun Dario Garcia sebagai tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Saat keraguan diliputi oleh apa yang sebenarnya terjadi, Horacio kembali menanyakan kepada asisten wasit ke empat Luis Medna Catanlejo dan ia melihat bahwa Zidane telah menanduk keras Matterazi tepat di dadanya, namun ia pun tidak mengetahui mengapa hal tersebut terjadi.

Pada saat itu wasit menyadari tidak benar mengeluarkan kartu merah begitu saja. Namun semua orang harus memahami jika seorang wasit memang bertugas membuat keputusan dan harus tetap fokus pada pertandingan.

Lalu kenapa Zidane menanduk bukan memukul atau memberikan tackle?

Tidak lah respon yang diberikan dapat dilakukan dengan melakukan pemukulan sekaligus jika memang Zidane sudah begitu kesalnya kepada Matterazi. Atau mungkin Zidane dapat saja melakukan tackle keras dengan dua kaki sekaligus dari arah belakang saat laga berlangsung. Atau Jika memang ia sudah berada dalam puncak kekesalan, ia bisa saja melakukan tindakan penganiayaan lainnya di luar lapangan.

Apapun itu, bentuk penganiayaan sewajarnya dilakukan dengan dan tanpa alat bantu dan tentunya akan melibatkan tangan dan inilah yang dihindari oleh Zidane bahwa ia tidak mau disebut bahwa kejadian tersebut menjadi sebuah penganiayaan dengan menggunakan tangan. Zidane sepertinya sudah mengetahui bahwa ia sudah berada dalam puncak kekesalan dan akhirnya ia menanduk dada Matterazi sebagai bentuk protes namun enggan disebut dengan penganiayaan. Mungkin Zidane menyadari bahwa dengan memukul tentu saja akan berujung pada hukuman yang lebih berat dan akan menurunkan reputasinya sebagai peman sepak bola professional.

Respon dunia atas hal tersebut menuai keragaman dan sampai sekarang masih menjadi pro dan kontra terkait mana yang baik dan benar atau mana yang salah atau mana yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun