Mohon tunggu...
Tb Adhi
Tb Adhi Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Damai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sich selbst zu lieben ist keine ritelkeit, sondern vernunft

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Kiprah Ganjar, Anies dan Ridwan Kamil

4 November 2022   12:18 Diperbarui: 4 November 2022   12:22 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airlangga Hartarto dan Ridwan Kamil. Golkar dukung RK untuk periode kedua gubernur Jabar.(Foto: Kompas.com).

GANJAR Pranowo, Anies Rasyid Baswedan dan Ridwan Kamil sama-sama masuk dalam pusaran politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dari ketiga nama ini, Anies Baswedan yang sudah resmi menjadi mantan gubernur, menyusul tuntasnya masa jabatan dia pada 16 Oktober lalu. Mendahului kepergiannya dari Balai Kota DKI Jakarta, Anies ditahbiskan NasDem sebagai kandidat capres mereka.

Dari ketiga gubernur dan mantan gubernur ini nama Ganjar dan Anies yang lebih awal meramaikan eskalasi menuju tahun-tahun politik. Khofifah Indar Parawansa, gubernur Jatim, mendahului nama Ridwan Kamil. Namun, nama Khofifah kemudian meredup, tergantikan oleh Ridwan Kamil.

Dari hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei sejak tahun silam, Ganjar dan Anies terus bersaing, walau masih didominasi Ganjar. Khofifah hanya muncul sesekali, sementara Ridwan Kamil baru disebut-sebut belakangan. Jika Ganjar dan Anies tinggi elektabilitasnya untuk capres, Khofifah dan Ridwan Kamil untuk cawapres.

Kendati demikian, pendapat publik dan realitas politik tidak selalu seiring sejalan. Dalam konteks itu pula, Ganjar dan Anies tidak berarti perjalanan Ganjar dan Anies akan mulus. Ganjar masih terperangkap pada pilihan pasti partainya, PDIP, sementara Anies terkendala pada siapa tandem, duet atau pasangan idealnya.

Waktu untuk pendaftaran resmi capres dan cawapres masih sangat sangat panjang, yakni November 2023. Menuju ke sana Ganjar harus bersaing ketat dengan putri mahkota PDIP, yakni Puan Maharani. Ketua DPR RI ini juga masiv melakukan sosialisasi untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya, walau sejauh ini tetap jauh di bawah Ganjar.

Pilihan terbaik untuk PDIP, merujuk pada hasil jajak pendapat, mestinya Ganjar. Namun, sekali lagi, pendapat publik dan realitas politik tidak selalu seiring sejalan. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, masih bertahan untuk mendeklarasikan capres mereka hingga momennya tepat. Dalam hal ini Megawati selalu berdalih bahwa waktunya masih cukup lama. Sabar, itu yang selalu dikatakannya.

Kepastian pilihan PDIP tetap tak bisa dilepaskan dari faktor obyektif dan subyektif. Secara obyektif, sebagaimana disampaikan para pengamat, PDIP yang sudah punya tiket untuk memastikan capresnya. mestinnya pagi-pagi sudah mendeklarasikan Ganjar. Akan tetapi, Megawati tampaknya masih belum bisa melepaskan unsur subyektivitas atas kecintaan pada anaknya, Puan Maharani.

Bagaimana dengan Anies? Walau sudah resmi menjadi capres dari NasDem, nasib Anies sebenarnya juga tak lebih baik dari Ganjar. Jika Ganjar masih terperangkap oleh sikap ambigu partainya, maka Anies terkesan terbelenggu oleh tarik-ulur terkait figur yang harus dipilihnya sebagai cawapres.

Anies memang sudah dideklarasikan sebagai capres NasDem, namun NasDem masih harus berkoalisi dengan partai lain untuk memastikan berhak mendapatkan tiket mendaftarkan Anies sebagai capres. Sampai saat ini rencana koalisi NasDem dengan Demokrat dan PKS masih belum mendapatkan kata sepakat. Hal ini tampaknya berkaitan dengan konfigurasi capres dan cawapres yang akan diusung.

Kita ketahui, Demokrat sudah lama mengusulkan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai capresnya Anies. PKS tidak mau kalah, mereka menawarkan Ahmad Heryawan, yang 10 tahun memimpin Jabar.

Sudah dilakukan beberapa pertemuan, tetapi masih belum dicapai kata sepakat. Sebuah sumber menyebutkan, Anies pernah mengatakan bahwa dirinya tak mungkin berpasangan dengan perwakilan PKS. Dia khawatir dianggap terlalu kanan. Kans paling besar menang yakni maju bersama AHY. Namun, PKS masih ngotot ingin menjodohkan Anies dengan Ahmad Heryawan. PKS menilai AHY masih 'kosong', belum  berpengalaman. Beda dengan Ahmad Heryawan.

NasDem menghendaki deklarasi capres-cawapres pada 10 November nanti, memanfaatkan momentum Hari Pahlawan. Akan tetapi, PKS menginginkan masalah cawapres dituntaskan lebih dulu.

Untuk Ridwan Kamil dan Khofifah, sebagaimana dikesankan para pengamat politik, mereka tampaknya hanya harus puas sebagai pelengkap atau penggembira. Seperti halnya Yenni Wahid, putri sulung almarhum Gus Dur yang diusung Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai 'tandem maut' bagi Ganjar. Baliho dan berbagai peraga Ganjar-Yenni Wahid sudah tersebar di banyak kota, dan bolehlah sekadar menyita perhatian.

Terkait Ridwan Kamil, seperti dikemukakan Ujang Komarudin dari Universitas Al-Azhar, sangat mungkin juga tak akan bisa bertahan lama. Kang Emil yang disebut-sebut sebagai pasangan idel untuk Ganjar itu dinilai masih terlalu baru dalam dunia perpolitikan.

Jadi, Kang Emil sebaiknya jangan memaksakan diri ikut dalam pesta demokrasi ini. Dia tak bisa mengandalkan perolehan suara dari Jabar saja. Secara umum, kata Ujang Komarudin, masih menjadi tokoh yang biasa-biasa saja dan belum pantas mengikuti konstasi politik 2024.

Selain itu Kang Emil juga belum punya partai pendukung yang mengharapkan dirinya menjadi kontestan Pilpres 2024. Oleh karena itu, dia seyogyanya fokus saja untuk bertarung kembali pada kontestasi Pilgub Jabar mendatang, untuk merebut kepemimpinan periode kedua dengan dukungan Partai Golkar.

'Sangat tidak mungkin dia menjadi representasi Partai Golkar untuk Pilpres nanti. Golkar hanya akan mendukung dia untuk menjadi gubernur lagi, bukan capres dan cawapres," sebut Ujang Komarudin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun